Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Semoga Nggak Banjir Lagi

23 September 2020   06:21 Diperbarui: 8 Desember 2020   19:23 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:www.liputan6.com

"Bu, sini deh Bu!" Kupanggil istriku yang sedang sibuk menyetrika di dapur.

"Ada apa sih, Pak? Ganggu banget, dikit lagi nih!" Ujarnya sembari merapikan setrika dan lempitan baju yang terakhir.

Malam itu kami berdua punya waktu senggang banyak, karena dua jagoan kecil sedang berlibur di rumah neneknya. Kebetulan tahun ini, libur panjang kenaikan kelas dan musim penghujan bersamaan datangnya. 

"Coba lihat itu Bu, beritanya." Tanganku membesarkan suara televisi di sudut ruang keluarga kami.

...Hujan deras dan banjir setinggi satu meter melanda kota Sukabaru sejak Minggu, 20 September 2020, dini hari. Dilaporkan, sebuah rumah roboh dan beberapa rusak parah. Belum ditemukan secara pasti jumlah korban yang meninggal, dan tim SAR masih sibuk menyelamatkan warga yang terjebak di dalam rumah. Demikian liputan terkini dari kota Sukabaru...

"Udah banjir, Bu, kota sebelah. Jangan-jangan bentar lagi kita dapat banjir kiriman. Makin lebat lagi hujan malam ini." Terkaku. Kota Sukabaru lokasinya memang lebih tinggi daratan dan berbatasan langsung dengan kota tempat kami tinggal, Sukalama.

"Jangan ngomong yang aneh-aneh deh, Pak, nanti kejadian benar lho. Ingat, ucapan adalah doa." Jawab istriku. Istriku memang pandai sekali kalau berceramah. Sedikit-sedikit berceramah. Selalu kalah aku kalau mau ajak debat.

"Bukan gitu, Bu. Kota kita kan memang langganan banjir hampir tiap tahun. Lihat saja, sungai di tengah kota. Setiap pagi kalau Bapak pergi ke kantor, pasti Bapak lihat banyak sekali sampah menggenang di sungai itu. Sampai-sampai, airnya tidak mengalir. Gimana engga gampang banjir coba?" Jalurku ke kantor melewati sungai utama di kota kami.

"Ibu juga prihatin, Pak, kalau masalah itu. Gimana yah, kan kita warga kota ya, seharusnya pemikirannya juga udah kota. Modern lah. Miris juga ibu ngelihat warga buang sampah sembarangan di sana. Nanti kalau banjir, pemerintah lagi yang disalahkan." Jawabnya.

"Iya Bu. Bapak malah pernah berpikir. Sebetulnya, pekerjaan tukang bersih di jalanan itu tak perlu ada, Bu. Dengan catatan, kesadaran masyarakat untuk buang sampah di tempatnya sudah tinggi. Mereka bisa dipekerjakan untuk hal lain yang lebih penting."

"Sepakat, Pak. Udahlah Pak, jangan dipikir penat-penat. Yang penting, dari kita sendiri, selalu buang sampah di tempatnya. Kita doakan pula semoga kota kita engga banjir dan warganya banyak yang kembali ke jalan yang benar." Kembali istriku berceramah.

"Amiinnnnn. Baiklah Bu, udah malam ini, yuk istirahat."

TV pun segera kumatikan. Tepat pukul sembilan, selesailah debat kusir kami malam itu. Sembari bercanda, kuajak istriku untuk "debat" lagi yang lebih hangat. Ternyata, dia merespon kegenitanku. 

"Mumpung anak-anak lagi tak ada. Hehehe..," pikir nakalku.

...

Jakarta

23 September 2020

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun