Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serba-serbi Corona di Mata Seorang Tukang Bakso

8 Agustus 2020   07:29 Diperbarui: 8 Agustus 2020   07:41 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bakso, Sumber:https://www.viva.co.id/

Jumat, 7 Agustus 2020
Pukul 21.00 WIB

Malam itu saya putuskan untuk keluar kosan sejenak, mencari udara segar. Berbekal masker dan tas hitam berisi dompet dan ponsel, saya kayuh sepeda mengitari sebagian jalanan ibu kota. Enam puluh menit berlalu, tak terasa keringat telah membasahi tubuh. Kelaparan pun tidak ketinggalan ikut mengganggu.

Entah kenapa, malam itu teringat seorang tukang bakso langganan yang selalu saya datangi sebelum Covid19 melanda. Karena lama tidak berjumpa, saya penasaran bagaimana keadaannya sekarang. Masih jualan atau tidak. Maka lekaslah sepeda ini beranjak ke tempatnya.

Setiba di lokasi, ternyata beliau jualan. Yeaaayyy, rasa rindu terobati, rasa lapar semakin meninggi. Bagaimana tidak? Bakso-bakso besar yang berurat, sangat enak, dan lagi murah meriah itu, terpampang di depan mata saya.

Pak Legiman Jualan, Sumber: Dokpri
Pak Legiman Jualan, Sumber: Dokpri
Namanya pak Legiman. Seorang laki-laki asal Solo, berumur 61 tahun, yang mengadu peruntungan di ibu kota. Di sini, beliau tinggal di kontrakan kecil. Sementara itu, istri, kedua anak, dan cucu tinggal di kampung halaman.

Saking sudah lama tidak bertemu, beliau langsung menghampiri saya dan mengajak bersalaman. Refleks kali yak, wkakakaka. Seketika itu juga saya tolak dan beliau melipat tangannya kembali. Maaf ya pak, Corona.

Karena lapar sudah memuncak, saya pun langsung memesan semangkuk bakso. Tanpa perlu bertanya, bapak menyiapkannya khusus seperti yang biasa saya pesan. 

Kosongan tanpa mi, banyak tauge dan sawi, pakai tahu tanpa penyedap rasa, ditambah bumbu bawang dan sambal pedas, serta bakso urat bukan telur. Iya, Bapak sudah hafal bakso saya.

Untuk melepas rindu, kami pun bercakap. Berikut percakapannya (sebetulnya lebih enak pakai bahasa Jawa, berhubung yang baca nasional, saya terjemahkan dengan bahasa Indonesia):

S    : Saya
PL : Pak Legiman

S    : Bagaimana Pak kabarnya? Lama nih tidak berjumpa.
PL : Sehat Mas, Alhamdulillah. (berbicara sambil mengenakan masker)

S    : Saya pesan semangkuk bakso ya Pak. Biasa.
PL : Oke.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun