Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Cerpenis.

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG @cerpen_sastra, Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen (Pulpen) Kompasiana, Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), dan Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (Indosiana). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tuan atau Budak Uang, Pilihlah Kawan!

30 Juli 2020   06:23 Diperbarui: 30 Juli 2020   06:38 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang, Sumber: hot.grid.id

Uang adalah akar dari kejahatan. Kesimpulan yang bukan tidak ada dasarnya, tetapi merujuk ke pengalaman dan pengamatan pribadi akan hidup yang dijalani dan berita yang tersiar di mana-mana. 

Ada pembunuhan terjadi gegara tidak bisa membayar utang, pinjam meminjam uang. Ada anggota keluarga saling berebut warisan uang hingga sikut-sikutan dan akhirnya retak persaudaraan. Ada pula yang rela menjual dirinya untuk mendapatkan uang, prostitusi.

Penulis sendiri terkadang emosi bila melihat orang meminjam tetapi tidak mengembalikan. Ketika hendak meminjam bersikap sopan dengan berjanji muluk, ketika ditagih beribu alasan dan bertingkah buluk. Yah, begitulah lika-liku berutang. 

Capek sendiri bila hidup dan emosi kita dikekang oleh uang. Kerja dari pagi, siang, hingga malam, banting tulang dan menguras otak, hanya demi mencari uang. Seperti diperbudak. Uang telah mengendalikan sebagian besar perilaku hidup kita. 

Nah, agar tidak menjadi budak, kita harus bersikap sebagai tuan. Bukan uang yang ngatur, tetapi kita yang atur. Bukan dikendalikan, tetapi mengendalikan. Caranya:

Atur penggunaan uang;

Mengatur Uang, Sumber: finansialku.com
Mengatur Uang, Sumber: finansialku.com
Mengatur penggunaan uang yang diperoleh dari hasil bekerja dapat diibaratkan sebagai keluarga dan rumah. Keluarga adalah pemilik rumah, sementara uang adalah rumahnya. Setiap rumah pasti ada kamar-kamar di dalamnya. 

Kamar biaya rutin (pendidikan, listrik, air, pulsa internet, bayar pinjaman, dan makan), kamar hiburan (pelesiran, belanja baju, dan menyalurkan hobi), kamar investasi (pembelian rumah, tanah, surat utang, saham, dan lainnya), kamar amal (pemberian zakat, perpuluhan, dan lainnya), dan mungkin masih ada kamar lainnya. Beda-beda, tergantung si pemilik rumah.

Kamar investasi sendiri berarti merelakan kenikmatan tertunda untuk sementara waktu. Menderita kini, bahagia nanti. Mungkin kini tidak bisa membeli lebih barang kesukaan, tetapi nanti di masa tua hidup kita tidak luntang-lantung karena telah dijamin oleh uang hasil investasi tadi.

Investasi pun banyak ragamnya. Penulis sendiri memilih saham. Bukan saham sembarang saham, tetapi saham yang perusahaannya dimiliki pemerintah (BUMN) dan konsisten mencetak laba. Mengapa itu pilihan utama? Berangkat dari asumsi, pemerintah akan selalu ada, begitu pula perusahaannya. 

Setidaknya, bila perusahaan kekurangan modal, pemerintah sebagai pemegang saham pengendali kemungkinan besar menopang permodalannya. Pemilihan ini sebagai bentuk kehati-hatian, agar uang tidak lenyap seketika semisal perusahaan ternyata bangkrut karena tidak ada modal. Sebuah pemikiran sederhana saja.

Selain itu, penulis suka sebagai investor dan bukan trader. Untuk jangka panjang, bukan jangka pendek. Tidak mau dipusingkan dengan harus mengawasi pasar saham setiap hari. Emang penulis gag ada kerjaan lain apa, hehe...

Alokasikan waktu berimbang

Atur Waktu, Sumber: duniakaryawan.com
Atur Waktu, Sumber: duniakaryawan.com
Selain mengatur uang, waktu juga perlu diatur. Meskipun ada yang bilang "waktu adalah uang", tetapi jangan semua waktu dihabiskan untuk mencari uang. 

Dalam dua puluh empat jam sehari, jangan seluruhnya digunakan untuk bekerja, bekerja, dan bekerja mengumpulkan uang. Ada waktu untuk berkumpul dengan keluarga, ada pula waktu untuk beristirahat.

Kebahagiaan melihat keluarga baik orang tua, suami istri, kakak adik, masih sehat dan bisa bercanda, sejujurnya lebih berharga dan tidak bisa dinilai dengan uang.

Jadi, marilah kita nikmati hidup ini dengan menjadi tuan atas uang, bukan budak uang.

...

Jakarta

30 Juli 2020

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun