Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Patin, Setia Menemani di Masa Pandemi

30 Juni 2020   11:38 Diperbarui: 30 Juni 2020   11:55 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mereka, temanku, ketika belum mandi. Sumber:Dokumen Pribadi

Hari ini adalah hari kesekian kali Corona bertengger di puncak kejayaannya. Masih hangat dibicarakan dimana-mana, di segala media, oleh siapa saja. Tidak hanya masyarakat Indonesia, seluruh dunia pun masih selalu memperbincangkannya. 

Mulai dari cerita tentang candaan, berita tentang analisis ilmiah, sampai kepada utak atik gatuk dalam pemaparan teori konspirasi, semua menyanjung namanya. Karena dia tergolong makhluk hidup, sudah seyogianya dia berterima kasih kepada manusia yang telah menenarkannya. Sayang, dia tidak bisa berbicara.

Tebak punya tebak, prediksi penulis, dia akan tetap naik daun setidaknya sampai di penghujung tahun ini. Dan sepertinya, hanya berita tentang politik dan pilkada yang sanggup menyaingi kepopulerannya.

Pandemi Covid19, berdampak di semua sisi. Masih belum lupa kita akan salah satu anjuran pemerintah dalam rangka mengurangi penyebaran virus Corona penyebab penyakit ini, yaitu dengan bekerja dari dalam rumah. Work From Home, kalau istilah bahasa asingnya. Nah, ketika bekerja dari rumah, lebih banyak waktu yang tersedia yang bisa dimanfaatkan, karena tidak perlu dihabiskan untuk transportasi pergi pulang ke kantor. Di sini, akal penulis bermain.

Penulis sadar, ketika tidak beraktivitas, virus malas yang sebetulnya sama parahnya dengan virus Corona, gampang melanda. Dan ketika kita sudah terkena, tubuh akan mudah terkena penyakit, karena cenderung tidak digerakkan, sehingga jauh dari kata sehat. Iya, olahraga dan aktivitas aktif itu penting untuk meningkatkan kesehatan dan imunitas tubuh.  

Jauh-jauh hari, sebelum Corona mulai terkenal saat kuartal satu tahun ini, penulis telah membeli dua buah gentong besar, berwarna biru tua, dengan kapasitas volume air sebanyak 120 liter. Rencananya, hanya digunakan untuk memelihara ikan, dalam rangka mengisi kegiatan di kontrakan, dan bukan untuk beternak.  Kebetulan pun, penulis memang gemar akan ikan, dari melihat siripnya yang cantik, pergerakannya yang gesit di air,  sampai kepada menikmati dagingnya.

Ikan yang penulis pelihara pun adalah tergolong ikan yang bandel, yang tidak mudah mati gara-gara kualitas air yang tidak jernih. Iya, sudah tenar di telinga kita, patin dan lele termasuk dalam golongan ini. Jadilah, penulis beranjak pergi sebentar ke pasar ikan hias Kartini, di Kemayoran, yang berada di sebelah rel kereta api. Ini adalah tempat berjualan yang baru, karena semula para penjual ikan itu tidak berlokasi di sini.

Terbelilah oleh penulis, 100 ekor benih ikan, berukuran tujuh sampai sepuluh centimeter per ekor, dan terdiri dari mayoritas patin dan sedikit lele di dalamnya. Sebanyak 50 ekor ikan, mixed, penulis letakkan di setiap gentong, yang tentunya sudah terisikan air terlebih dahulu. Tidak lupa pula, penulis pasang aerator di setiap gentong, dan alas batu zeolit di dasar gentong.

Hari berganti hari, tidak terasa sudah hampir lebih dari tiga bulan, sama seperti umur Corona di Indonesia, penulis membesarkannya. Ada pengalaman tersendiri semasa ikan-ikan tersebut hidup di kontrakan, dan penulis sangat menikmatinya.

Mulai dari mengganti airnya yang keruh karena kotoran mereka dan sisa makanan yang tidak habis dimakan. Rutin setiap seminggu sekali, pada hari Sabtu atau Minggu, tiba saatnya mandi bagi mereka. Berbekal ember, saringan, selang, dan lap kecil, mulailah penulis menyegarkan tubuh mereka. 

Dari angkat-angkat ember, air dalam gentong yang keruh dibuang, dinding gentong yang kotor dilap, alas batu zeolit yang terselimutkan kantong jaring dicuci, dan berakhir kepada pengisian air yang jernih ke dalam gentong. 

Semua ini, sepertinya melelahkan. Tetapi itu tidak terasa bagi penulis. Karena kegemaran yang telah penulis utarakan di atas, kelelahan pun hilang hanya karena melihat mereka sehat dan tamak akan makan. Dan setidaknya, ini malah menjadi salah satu olahraga bagi penulis, yang tentunya manjur untuk semakin menyehatkan tubuh.

Momen ketika memberi makan, juga sangat dinikmati oleh penulis. Melihat para ikan tamak dan bernafsu tinggi dalam menghabiskan pelet makanannya, itu pemandangan yang sangat seru bagi penulis. Itu tandanya mereka sehat. Tanda makhluk hidup sehat adalah bernafsu dalam makan. Maka, tidak jarang ditemui, makanan sering tidak habis dimakan, ketika disajikan kepada orang sakit. Iya, nafsu memang menurun ketika sakit.

Hari ini, Selasa 30 Juni 2020, merupakan hari yang tidak biasa bagi penulis. Pagi ini, ketika penulis “memandikan” kembali ikan (tidak seperti jadwal rutin, oleh sebab hectic-nya pekerjaan), tiba-tiba datang dua orang anak kecil menghampiri penulis. Satu sepertinya berumur 7 tahun, satu lagi terlihat lebih tua dan berbadan tinggi, sekitar 12 tahun. 

Mereka bukan kakak adik, tetapi hanya teman sepermainan. Terlihat pula dikenakan di wajah mereka, masker yang dianjurkan dalam protokol kesehatan.

Karena penulis orangnya ramah, mulailah perbincangan hangat terjadi, antara aku dan mereka. Mulai seputar belajar dari rumah, kesukaan yang mereka kerjakan, dan dimana mereka tinggal. Dari percakapan sederhana tersebut, terlihat sepertinya mereka anak yang baik.

Oleh karena itu, secara spontan, muncul niat baik dari penulis untuk berbagi ikan patin dengan mereka, sebagai upah dari kebaikan mereka, setidaknya karena telah menemani penulis selama "memandikan" ikan. Lekas penulis beranjak ke dapur, mengambil dua kantong plastik, mengisikan air ke dalamnya, memasukkan dua ekor ikan pada setiap kantong, dan menghadiahkan kepada mereka. Seketika, terpancar langsung di mata penulis, keceriaan polos dari raut muka mereka.

Dipelihara dengan baik ya dek,”pesan penulis.

Senangnya, hari ini, selain penulis dapat berbahagia karena ditemani ikan yang sehat-sehat semua, telah dilengkapi pula dengan kebahagiaan karena melihat mimik wajah anak-anak, yang senang setelah menerima pemberian ikan.

Bahagia, sederhana memang.

Jakarta.

30 Juni 2020

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun