Karena bangunan nasionalisme kita tidak  diatas keseragaman, melainkan diatas keberagaman yang justru memunculkan cohesiveness, maka  pelestarian Budaya mestinya dilihat sebagai upaya menyatukan bukan memisahkan.
Hal nyata terlihat ada pada budaya Betawi. Boleh dikata budaya Betawi yang inklusif adalah salah satu bentuk "kompromi" dari berbagai pengaruh suku, bangsa, agama, bahasa dan adat istiadat. Ratusan tahun budaya Betawi berkembang menjadi salah satu perekat keberagaman, hingga Jakarta menjadi ibukota negara sampai saat ini.
Hal ini sejalan dengan semangat Haji Benyamin Suaeb selaku penerima penghargaan bintang Budaya Parama Dharma pada tahun 2011, yaitu bintang budaya tertinggi dari Pemerintah Indonesia atas jasa-jasanya terhadap perkembangan kebudayaan nasional.
Lewat penguatan terhadap nilai-nilai budaya Betawi di tengah warga Jakarta yang heterogen, diharapkan dapat memberi iklim yang mendukung bagi tumbuhnya keberagaman dan keharmonisan.
Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2017 ini Yayasan Benyamin Suaeb, Bens Radio, Lembaga Kebudayaan Betawi, Â perwakilan dari 17 komunitas, dengan disaksikan unsur dari pemerintah DKI Jakarta, mendekrasikan dan meluncurkan Program BetawiISme. Â
Lewat kerjasama dengan berbagai pihak, program BetawISme akan fokus pada berbagai kegiatan untuk Mendukung Upaya Pelestarian Budaya Betawi dan Penguatan Ekonomi Masyarakat Jakarta.