Mohon tunggu...
Honing Alvianto Bana
Honing Alvianto Bana Mohon Tunggu... Petani - Hidup adalah kesunyian masing-masing

Seperti banyak laki-laki yang kau temui di persimpangan jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kuntilanak di Mata Air Oenasi

24 April 2020   10:23 Diperbarui: 24 April 2020   10:44 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Mata air Oenasi | piqsels.com

Pada suatu sore di tahun 1982, ditemukan sesosok mayat perempuan, tergeletak di sebuah mata air yang mengairi sungai Oenasi.

Perempuan itu adalah Neta, yang sejak pagi tadi mencuci setumpuk pakian disekitar sekitar anak tangga terakhir dekat mata air.

Alkisah, beberapa saat setelah kejadian tersebut, warga mulai berkumpul...

"Ini sudah mayat ke 11 yang mati disungai ini."

"Mengerikan."

"Bahkan Neta yang tidak tahu apa-apa, yang setiap hari menjual bawang dipasar pun ikut jadi korban!"

Tak seperti penemuan mayat-mayat sebelumnya di mana warga segera mengangkat mayat itu dari sungai, kini mereka hanya berdiri diatas jembatan, sambil melihat kearah mata air dengan raut wajah yang ketakutan.

"Jelas ini bukan kematian biasa."

"Jadi benar apa yang dikatakan kakek Amle'ut? Neta mati ditangkap kuntilanak disekitar jembatan, sama seperti kematian orang-orang sebelumnya?" Begitulah kabar yang beredar disebuah kampung kecil bernama Oenasi.

Seorang kepala kampung bernama kakek Amle'ut memberi penjelasan perihal kematian misterius yang terjadi selama beberapa hari terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun