Mohon tunggu...
Honing Alvianto Bana
Honing Alvianto Bana Mohon Tunggu... Petani - Hidup adalah kesunyian masing-masing

Seperti banyak laki-laki yang kau temui di persimpangan jalan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Vilan: Lilin Dalam Kenangan

2 Agustus 2018   20:09 Diperbarui: 2 Agustus 2018   20:33 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lilin yang hampir habis

Saya mengenal Vilan belum lama. Mungkin 4 tahun. Mungkin lebih. Seperti banyak perempuan yang saya bersama. saya tdk pernah ingat tanggal pasti kami bertemu, tp saya tdk pernah lupa dengan mereka. 4 tahun bukanlah waktu yang lama, tapi saya merasa seperti sudah mengenal dia jauh lebih lama sebelum dia masuk di organisasi yang suka demo-demo itu (haha).

Sebetulnya, sebuah tulisan pendek seperti ini terlalu sedikit untuk menceritakan tentang dia. Tp buat saya, hidup yang indah sayang kalau tdk diceritakan.

Bagi saya, vilan adalah lilin dalam kenangan. Walaupun hanya sebentar saya bertemu dengan dia, tapi tak habis-habis rasa rindu ini untuknya. Begitu juga sebaliknya, dia adalah adalah mantan paling menjengkelkan, paling keras kepala, paling susah diajak kompromi, apalagi ajak untuk balikan. Dia memang sulit untuk di terka.Tapi ada satu hal yg pasti bahwa dia memang lebih cinta  pada kampung halamannya, Flores.

Saya sering kali berusaha untuk melupakan kenangan tentang dia, tapi seperti biasa..selalu saja gagal. Usaha melupakan kenangan tentang dia itu seperti berusaha menutup mata saat melihat trotoar di sepanjang jalan. Bagai mana tidak, dulu kami memang suka bertemu dan menghabiskan waktu dengan ngopi di trotoar dpn kampus. Belum lagi, buku2 yang saya punya, selalu saja ada sepenggal tulisan kata-kata mutiara yang dia tulis  di depan atau di belakang buku. Saya kadang berpikir, dia mungkin sdh merencanakan niat jahatnya sebelum dia pergi ke dunianya (haha).  Oh iya, kenapa kami suka duduk di trotoar, dan bukan di cafe? Ya karna kami sama-sama benci pada tempat itu. Tempat manusia2 modern yang pura-pura membeli segelas kopi untuk  mengambil gambar lalu memposting foto-foto mereka di facebook atau instagram dengan caption yang kadang tidak nyambung. Seringkali hanya untuk menunjukan bahwa mereka datang dari keluarga menengah keatas. Harap maklum (haha).

Saya masih ingat, masih hangat dalam ingatan..sehangat kopi dan teh yang sering kami teguk. Pernah di suatu sore, di atas trotoar dia pernah bercerita dengan wajah  murung saat menceritakan tentang kampungnya di Nagakeo, tepatnya di desa Boawae. Sebetulnya kampung halamannya ini yang jadi biang kerok, yang membuat  saya berpisah dengan dia sejak sore itu (haha). Sebelum  berpisah, dia berkata kalau dia sangat rindu kepada ayah dan ibunya, rindu untuk memetik buah kopi, rindu pergi ke sawah bersama adik-adiknya, rindu pada keluarganya dikampung. Dia bilang dia sudah terlalu lama tdk bekerja di sawah jd dia hampir lupa cara bagaimana menanam padi. Salah satu hal yang membuat dia harus pulang adalah tdk ada orang yang membantu bapak dan ibunya mengurus babi rumah dan pohon-pohon kopi di dikebun mereka dikampung. Selain itu juga, ia ingin kerja di bank, ingin mengumpulkan uang untuk membantu keluarganya, membantu membiayai sekolah adik-adiknya, juga membantu melunasi utang di koperasi yang pernah dipinjam untuk membiayai kuliahnya.

Setelah sore itu kami tidak lagi bertemu. Terakhir saya dengar dia sudah meninggalkan kampungnya untuk pergi ke ibu kota propinsi, juga saya sempat membaca komentarnya di status facebook salah satu teman dekatnya. Dia berkomentar: raya doakan kaka, biar kaka bisa dapat kerja dan bisa berkunjung ke malaka.

Setelah membaca komentar itu, saya membayangkan dia pasti sering  berdoa di hadapan patung bunda maria, sambil gigih mencari kerja di ibukota propinsi. Semoga Tuhan menyertaimu, Vilan. Amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun