Mohon tunggu...
Nur Halipah
Nur Halipah Mohon Tunggu... Editor - Ordinary girl with extraordinary life

Freelance with Freedom

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Selangkah Menjadi Penulis yang Baik

16 Februari 2019   16:43 Diperbarui: 16 Februari 2019   21:39 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: belajar membuat tulisan yang baik (Sumber gambar: www.pixabay.com/@Ramdlon)

Dalam norma kehidupan, ada dua jenis penilaian yang melekat pada manusia, yaitu baik dan buruk. Seperti sudah menjadi template yang terpasang dalam otak kita, manusia senang mengotak-ngotakkan segala sesuatu dalam kontras yang berbeda. 

Hitam dan putih, tua dan muda, kaya dan miskin. Menyatakan sesuatu di antara kedua kontras yang berbeda kebanyakan akan menimbulkan sesuatu yang bersifat ambigu. 

Hal mudahnya saat kita mendefinisikan remaja. Jika menyelisik pada pola pikir, kebanyakan remaja belum pada tahap dapat memutuskan kehidupan dan jalan pikirannya sendiri. Mereka masih dalam pengawasan orang tuanya. Sulit mengatakan remaja sebagai sosok dewasa. Namun, jika mengatakan remaja sebagai anak-anak pun tidak tepat karena secara fisik mereka sudah seperti orang dewasa.

Sama seperti karya tulis, sebagai pembaca akan ada dua penilaian yang kita labeli, baik dan buruk.  Dalam menilai sebuah karya, tentu ada standar yang jelas sebagai aspek penilaian. Gambaran mudahnya bisa kita ambil saat menilai nasi goreng dari dua tempat makan berbeda. 

Misal, kita mengatakan nasi goreng di tempat makan A lebih enak daripada di tempat makan B. Alasan yang kita pakai adalah nasi goreng di tempat makan A; tidak terlalu asin, telurnya di masak dadar dengan ditambahkan bumbu, ayamnya empuk dan tidak terlalu berminyak, sedangkan nasi goreng di tempat makan B; terlalu asin, telurnya dimasak ceplok tanpa diberi bumbu, ayamnya dimasak alot dan berminyak. 

Meskipun setiap orang memiliki preferensi berbeda dalam menilai suatu karya, tetapi saya yakin standar yang ada di otak kita akan menuju pada satu titik yang sama. Sekali lagi, ini adalah kerja otak manusia, mengerucut pada hal yang dianggap sebagai sesuatu yang benar dan disetujui banyak orang. 

Seperti contoh menilai nasi goreng tadi, memang bisa saja saya menyukai telur dadar dan ada yang menyukai telur ceplok, tetapi saya yakin semua akan setuju kalau telur yang diberi bumbu akan memiliki poin lebih dan disukai.

Dalam dunia tulis-menulis ini bisa dikatakan saya adalah tunas yang baru ditanam. Saya lebih banyak fokus mempelajari karya fiksi seperti novel atau cerpen. Jika mengatakan saya adalah penulis yang baik, saya rasa hal tersebut belum pantas saya sandang. Saya baru mempelajari kulit luarnya saja, dan belum semua standar bisa saya penuhi. Saya sendiri mengategorikan novel dan cerpen yang baik jika memenuhi beberapa standar. 

Sesuai Kaidah Penulisan

Jika ada yang bilang saat menulis kamu harus membebaskan diri tanpa memikirkan kaidah kepenulisan, saya 100% setuju. Memikirkan kaidah dan kawan-kawannya yang banyak itu hanya akan memusingkan kita.

Belum lagi kata-kata baku di KBBI. Yakin dengan kapasitas otak kita untuk menghafalnya? Saya akan bilang tidak sanggup. Namun yang perlu saya tegaskan, setelah kita menulis, kita harus mengedit. Saat mengedit itulah silakan kita urus semua kaidah penulisan dan kata-kata baku tersebut. Ada aplikasi KBBI daring dan PUEBI di ponsel pintar kita dan sangat mudah untuk di-download.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun