oleh: Nur Halipah
Sebab ragi tak menabur janji. Ia hadir memberi asa kepada pati.
Dalam rehat mencuri masa, bara membakar adonan. Aroma panggang terhidu penikmat adidaya, membentuk massa dipuja cerna.Â
Kalap meniti remah, menarik jejeran semut hitam berpesta meriah. Namun, puasa membawa cendawan, melempar renjana ke dalam cawan.
Manusia terbuai dalam bangga semu, mengaku abadi karena kaki diri. Riak udara mengembus sahaja, "Lepaskan jemawa!"Â
Putih tak berarti suci. Hitam tak selamanya kelam. Sebab sepotong roti bisa ditemani secangkir kopi.
Yogyakarta, 20 Januari 2018
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!