Mohon tunggu...
Hokky Zielma Puruhita Nagari
Hokky Zielma Puruhita Nagari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Baru 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Angka Gantung Diri di Gunungkidul Terus Meningkat, Kenapa?

21 Oktober 2021   01:49 Diperbarui: 21 Oktober 2021   01:58 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Depresi menjadi masalah yang masih kurang dibahas di kalangan masyarakat Gunungkidul. Kesehatan mental masih banyak disepelekan. Di situlah letak kesalahannya, penderita depresi harusnya mempunyai teman untuk setidaknya menjadi tempat bercerita dan menampung semua argumennya. Penderita depresi butuh wadah dimana semua keresahannya terobati. Namun hal ini kurang diperhatikan oleh warga Gunungkidul.

Perselingkuhan, perceraian, bertengkar dengan sesama anggota keluarga, hal hal seperti inilah yang membuat orang orang merasa hidupnya menyakitkan ditambah tidak adanya tempat cerita membuat penderitanya memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Kurangnya Kepercayaan kepada Tuhan

Tidak ada agama yang memperbolehkan umatnya melakukan bunuh diri. Tapi bagi mereka yang sedang dalam masalah, mereka menganggap bahwa hidup itu tidak adil. Tak sedikit mereka yang beranggapan hidupnya jauh dari kuasa Tuhan. Sehingga, mereka mencari pembelaan atas itu semua dengan cara bunuh diri.

Dengan kebudayaan dan adat yang masih kental, tak sedikit masyarakat yang masih ragu dengan Tuhan dan agama. Hal ini dapat menjadi faktor pemicu kasus bunuh diri yang terus meningkat.

Faktor utama tingginya kasus bunuh diri di Gunungkidul, yakni karena minimnya pemahaman terhadap nilai-nilai agama. Sehingga, Mukotib (Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Gunungkidul) mengatakan orang yang tidak memiliki keyakinan kuat, saat menghadapi masalah lebih memilih mengakhiri hidupnya.

Putus Cinta dan Tak Kuat Menahan Sakit Hati 

Kasus gantung diri di Gunungkidul tak hanya dilakukan oleh orang orang dewasa saja. Banyak kasus remaja yang gantung diri di Gunungkidul akibat putus cinta dan patah hati. Perkataan dan gunjingan dari teman dan tetangga juga menjadi faktor yang lagi lagi, menyebabkan seseorang menjadi egois dan membuatnya membenci dirinya sendiri. 

Seseorang yang tidak dapat mengontrol emosinya dan kurang kuat kepercayaannya kepada Sang Pencipta, akan mudah terpancing untuk melakukan hal yang tidak seharusnya. Maka dari itu, pengawasan orangtua terhadap anak anak remajanya akan sangat diperlukan. Terutama bagi mereka, remaja yang sedang jatuh cinta.

Pulung Gantung

Masalah umum terakhir yang menjadi faktor angka gantung diri di Gunungkidul terus meningkat yaitu mitos pulung gantung. Karena banyaknya kasus gantung diri di Gunungkidul, sampai sampai masyarakat mengatakan penyebabnya adalah pulung gantung. Dilansir dari Liputan6.com, Pulung Gantung diyakini masyarakat sebagai benda berbentuk bola api besar yang terbang di atas langit. Benda itu dianggap sebagai penanda buruk bagi masyarakat yang didatangi bola api itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun