Mohon tunggu...
Husni Fatahillah Siregar
Husni Fatahillah Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Corporate Communication - Tennis Addict

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Curahan Hati dari Praha: Kota Cantik yang "Dingin"

1 Februari 2021   18:11 Diperbarui: 1 Februari 2021   18:23 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Old Town Praha (Dok. Pribadi)

Dobr den

Na schledanou

Ketika Anda mengunjungi Praha, Anda akan sering mendengar dua kata tersebut. Ya, kata yang bermakna "Halo" (Dobr den) dan "Sampai jumpa" (Na schledanou) menjadi "standar" bagi masyarakat di Praha, dan Ceko pada umumnya, untuk diucapkan ketika bertemu orang lain, bahkan orang yang baru dikenal sekalipun. 

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Praha dan melewati proses adaptasi, saya melihat standar tersebut menjadi sesuatu yang menarik dari karakteristik masyarakat Ceko pada umumnya.

Hari ini genap dua tahun saya menjalani kehidupan di Praha. Selama dua tahun menjalani kehidupan di Praha, menurut saya orang-orang di Praha -- tentu tidak semuanya, tapi sebagian besar -- sangat "dingin". 

Jika melihat dari beberapa literatur yang membahas tentang karakteristik masyarakat Ceko secara umum, sikap dingin ini dilatarbelakangi oleh sejarah masa lalu Ceko -- waktu itu masih Cekoslovakia -- yang menganut paham komunisme dan menutup diri dari dunia luar. 

Sepanjang paham komunisme berkuasa, masyarakat Ceko tidak memiliki kesempatan untuk banyak berinteraksi dengan orang asing yang akhirnya membuat mereka menjadi tidak mudah untuk menerima kehadiran "orang baru" di lingkungannya. Ketika paham komunisme runtuh, barulah secara perlahan Ceko "membuka diri" terhadap dunia luar.

Namun, bertahun sejak keruntuhan komunisme, tidak dapat dipungkiri sikap tertutup terhadap orang asing tersebut masih menjadi karakter yang kuat di masyarakat. Bahkan misalnya ketika bersentuhan dengan orang-orang yang bekerja di sektor jasa, dimana seharusnya hospitality menjadi kunci dalam melayani pelanggan, saya mendapatkan sikap dingin tersebut masih kental terasa. 

Ketika Anda berkunjung ke bank misalnya, jangan membayangkan layanan penuh senyum dan keramahan para frontliners sebagaimana yang menjadi standar di Indonesia. Memang masih dapat dijumpai layanan dengan hospitality yang baik khususnya dari generasi milenial, dimana menurut saya mereka sudah sangat terbuka terhadap orang asing, dan lebih percaya diri untuk berkomunikasi dengan orang asing.

Kembali ke dua kata yang disebutkan di awal, menurut saya dengan karakteristik masyarakat Ceko yang dingin, menjadi menarik bahwa mereka senantiasa menjalankan standar untuk tetap menyapa orang lain bahkan ke orang yang baru dijumpai sekalipun. Karena penasaran, saya mencoba mencari beberapa referensi mengenai hal ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun