Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Satu Lagi Proyek "Gila" yang Didanai oleh Bill Gates, Yaitu Meredupkan Matahari

21 April 2021   09:00 Diperbarui: 21 April 2021   09:05 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk mengatasi permasalahan persoalan lingkungan, terkadang ada pihak-pihak yang menawarkan sebuah opsi yang justru tidak efektif bagi kondisi lingkungan saat ini. 

Misalnya saja, Kota Pekalongan sering dilanda air rob, ketika hujan datang pun, banyak daerah tergenang banjir. Saat itu ada pihak yang menawarkan sebuah opsi untuk transmigrasi, yaitu masyarakat yang sering diterjang air rob maupun banjir untuk dipindah ke tempat yang lebih tinggi.

Secara logika umum, ide di atas bagus, namun bagi Saya justru ide itu merupakan opsi lari dari masalah, bukan lagi mengatasi masalah. Lingkungan terdampak banjir pasti ada sebabnya, maka dari itu Saya sempat mengkritisi bahwa transmigrasi adalah lari dari masalah. 

Seharusnya Pemkot beserta jajarannya mengatasi pendangkalan sungai dengan pengerukan, membersihkan saluran irigasi (mengangkat lumpur) agar dapat menampung lebih banyak debit air ketika hujan.

Selain itu, saat ini banyak lahan kosong yang sebelumnya menjadi resapan air, berubah menjadi perumahan, perkantoran, ruko. Hal itu berakibat air hujan yang seharusnya meresap ke tanah (lahan resapan air), lari ke daerah yang sebelumnya tidak tergenang air. Dampak yang lain pun, area persawahan yang dulunya produktif, sekarang sudah menjadi tambak. 

Maka dari itu, jika lari dari masalah dengan melakukan transmigrasi, itu sama saja dengan omong kosong. Kondisi lingkungan yang sedang/sudah rusak, seharusnya diperbaiki bukannya malah tinggalkan begitu saja.

Sama halnya dengan kondisi iklim global, proyek yang dilakukan oleh Universitas Harvard  yang juga mendapatkan dukungan oleh Bill Gates dan donatur swasta tentang peredupan matahari, merupakan salah satu ide yang lari dari masalah.

Dikutip dari laman detikinet, proyek itu dinamakan Stratospheric Controlled Perturbation Experiment, rencananya di bulan Juni uji coba pertama berlangsung di Swedia, untuk mengetahui apakah metode peneliti berhasil sesuai teori.

Inti gagasan ini adalah memantulkan kembali cahaya Matahari ke angkasa dengan bahan kimia. Proyek itu dikembangkan untuk memblokir sinar matahari, yang saat ini dirasa semakin memperparah pemanasan global.

Dikutip lagi dari laman detikinet, dalam eksperimen ini, volume kecil bahan kimia aerosol akan dibawa oleh balon dan disebar di langit pada lokasi yang spesifik. 

Namun Harvard telah mengumumkan penundaan untuk memastikan lagi bagaimana dampak yang mungkin terjadi pada area uji coba secara lebih detail. 

Balon yang dapat terbang tinggi itu awalnya direncanakan meluncur dari Esrange Space Station di Kiruna, Swedia. Gunanya untuk memastikan apakah bisa dilangsungkan uji coba menghalangi Matahari dalam skala yang lebih besar.

Menurut Saya ide untuk meredupkan matahari adalah sesuatu yang gila, karena saat ini pemanasan global tentunya diakibatkan oleh aktivitas manusia. 

Lapisan ozon yang semakin menipis, es di kutub yang mencair, hingga cuaca ekstrim, terjadi karena aktivitas manusia (walau ada beberapa kasus yang murni fenomena alam). 

Sehingga opsi untuk mengatasi permasalahan global saat ini, seharusnya dengan memperbaiki ekosistem. Nah, jika proyek meredupkan matahari diwujudkan, bukannya malah hal itu akan semakin merusak ekosistem?

Kehidupan di bumi jelas akan berdampak jika sinar matahari diredupkan, karena jika tanpa sinar dari matahari, makhluk hidup akan terpapar radiasi kosmik, fotosintesis di bumi pun akan berhenti. Sedangkan untuk hidup, manusia memerlukan sinar matahari misalnya untuk bercocok tanam.

Albert Einstein dalam teori relativitasnya juga pernah menyoal jika sinar matahari tidak bersinar, hal itu akan mengakibatkan seluruh planet yang ada di tata surya akan terbang berhamburan, bahkan grativasi pun bergerak dengan kecepatan yang sama dengan cahaya.

Dilansir dari laman kompas, berkurangnya cahaya matahari akan menyebabkan berkurangnya oksigen di atmosfer. Selain itu, berkurangnya panas dari sinar matahari akan menyebabkan bumi menjadi dingin, jika fenomena itu terjadi, bukan tidak mungkin lagi seluruh gurun akan sering mengalami hujan salju.

Untuk mengatasi pemanasan global, sudah seharusnya seluruh pemimpin negara sadar bahwa, merawat hutan sangatlah penting. Hentikan deforestasi yang menjadi salah satu sumber oksigen, hentikan reklamasi yang dapat menyebabkan abrasi, hentikan pemakaian energi yang tidak ramah lingkungan, dan masih banyak lagi yang harus dilakukan agar ekosistem kembali seimbang.

Jika kita semua tidak ikut andil untuk memperbaiki sesuatu yang sedang/sudah rusak, tidak ikut merawat lingkungan, bukan tidak mungkin lagi kehidupan di bumi akan segera berakhir. 

Karena menurut sebuah data, matahari sudah ada sejak 5 miliar tahun yang lalu dan sudah menyinari bumi selama 4,5 miliar tahun. Sedangkan menurut prediksi, matahari akan meredup/mati dalam waktu 5 miliar tahun yang akan datang.

Kita semua pasti tidak akan 'menikmati' matinya matahari, tapi bagaimana dengan generasi penerus? Mereka akan tambah terbebani dengan akibat yang kita perbuat pada saat ini, dan juga pada saat yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun