Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anxiety

5 Desember 2020   11:58 Diperbarui: 5 Desember 2020   12:02 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Anxiety/Ivoox.com

Spekulasi 1

Hari ini kau kembali menerpaku dengan semua spekulasi, berbisik pelan tentang penelantaran bertubi-tubi yang menikam perasaanku.

Berusaha meyakinkanku bahwa apa yang terjadi adalah kemunafikan.

Serak suaramu melancarkan sugesti yang tak seharusnya Aku percaya.

Kau tahu? Aku hanya percaya dengan orang yang membangun kerajaan dalam dunia yang sedang kiamat. Tak ada yang bisa menyangka soal benar dan salah, bahkan kejahatan pun tak dapat terdeteksi.

Rentetan usaha mempertahankan harga diri, menyelamatkan orang-orang yang sedang dikejar maut, lalu membalasnya dengan gemercik air yang membinasakan dahaga.

Aku tertawa, menyaksikan segala argumentasi yang berusaha menjerumuskanku.

Spekulasi 2

Jika kau pernah melihat kecantikan cleopatra, percayalah, apa yang sedang aku mainkan jauh lebih cantik. Menelanjangi satu per satu nafsu manusia, membuka satu per satu topeng yang mereka pakai.

Aku tak memerlukan nuklir, atau bahkan pekikan takbir, atau mungkin juga lantunan ayat suci.

Aku hanya perlu diam, menikmati irama yang sedang dimainkan.

Bersemayam dalam skenario yang sedang mereka perankan.

Dan jika mereka meminta, Aku mengamini, karena pemain sejati haruslah totalitas.

Spekulasi 3

Aku sudah berkorban, tak terhitung saking banyaknya.

Berkali-kali Aku hancur, namun Aku terus saja bangkit.

Tak peduli berapa teman yang memilih pergi meninggalkanku.

Tak peduli sebanyak apa tusukan yang diterima oleh jantungku.

Tak ada yang tahu betapa mengerikannya batin ini yang hampir sekarat dihujani tembakan dari orang-orang yang dulunya Aku percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun