Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelacurku, Kekasihku

24 November 2020   18:01 Diperbarui: 24 November 2020   18:19 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi didapat dari cnnindonesia

Andai saja kamu tahu, betapa penuhnya hati ini dengan warna-warni keseharian yang kita lakukan berdua. Menciptakan goresan cerita hari demi hari, bersorak ria menelanjangi dunia.

Ya. Kau adalah wanitaku. Kau adalah pelacurku. Kau adalah kekasihku.

Aku tak peduli tentang apapun, tentang semua omongan orang di luar sana. Bagiku tak perlu menanggapi, selagi Aku dan kamu tetap bersama, tetap menjaga janji suci pelaknatan atas deklarasi hubungan kita.

Terkadang memang lucu, ketika Aku menunggumu di luar sana, yang sedang bergembira bersama laki-laki bajingan. Meneguk alkohol, atau bahkan menggerayangi tubuh seksimu. Menyiumi lehermu, atau mungkin memperkasaimu.

Namun Aku percaya, kau tak akan mengecewakan apa yang sudah kita mulai, apa yang sudah kita bangun hingga kini.

Aku bahkan belum percaya, Aku cinta kepadamu. Jatuh cinta kepada wanita yang tiap harinya terhina, dianggap sampah oleh banyak orang.

Tapi dengarlah, kasihku. Aku tidak peduli dengan anggapan mereka. Aku tidak peduli dengan restu yang tak menyertai kita. Aku tak peduli jika akhirnya kau dan Aku menjadi penghuni neraka.

Biar saja semua orang melaknat. Biarkan saja mereka meremehkan kita. Biar saja jika Tuhan tak mengampuni dosa kita.

Seandainya matahari itu bulan, Aku ingin sekali menikmati siang yang sebenarnya malam. Aku ingin sekali tertidur lelap di saat banyak orang kepanasan akibat terik sinar bulan.

Dengarlah, manisku. Aku akan bisikan lagu kesukaan kita.

"Jika engkau minta intan permata, tak mungkin ku mampu. Tapi sayang kan ku capai bintang dari langit untukmu. Jika engkau minta satu dunia, akan Aku coba. Ku hanya mampu jadi milikmu, pastikan kau bahagia."

Tidurlah, pelacurku. Selamat pagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun