Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Tanpa Kebodohan, Bagai Sayur Kurang Garam

4 November 2020   14:41 Diperbarui: 4 November 2020   14:51 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image via Republika

Bariu-baru ini terdapat sebuah video viral yang cukup membuat Saya heran, yaitu tentang sekelompok orang di Kutai Kartanegara yang membuang berdus-dus air mineral dalam kemasan merk Aqua. Lelaki yang memegang video menyerukan kepada umat Islam, katanya agar lekas memboikiot produk Perancis karena telah dianggap menghina Nabi Muhammad.

Kemudian Saya memberikan reaksi dengan berkata, "Punya agama kok gobl*k, mending murtad aja. Malu sama atheist". Kenapa Saya melancarkan respon seperti itu? Karena mereka mempunyai (tambahan) ilmu agama, namun daya pikirnya tidak bertambah. Sedangkan atheist tidak mempunyai (tambahan) ilmu agama, tetapi mereka lebih logis dari sekelompok orang tadi.

Air mineral merk Aqua yang dikira produk Perancis, sebenarnya adalah produk asli Indonesia. Danone hanya menyediakan "brand" dan menawarkan "branding" untuk produk dalam negeri itu. Artinya? Semua proses produksi dilakukan "di" dan "dari" Indonesia.

Pihak produsen hanya membayar royalti kepada Danone sebagai pemegang brand dan yang memberikan lisesnsi. Ini yang harus diketahui oleh banyak orang, bahwa tidak semua brand asing berarti berasal dari luar negeri. Jika Aqua diboikot, artinya pekerja Indonesia sedang terancam "rezeki"nya. Sedangkan Danone? Mereka masih bisa mendapatkan royalti dari merk lain, dan juga dari lisensi lain yang mereka pegang.

Logika sederhana untuk aksi memalukan itu adalah, sekelompok orang membeli Aqua berdus-dus ukuran 1000 ml, lalu membuang air mineralnya. Itu sama saja dengan mereka membeli produk Aqua, yang berarti, produk (Aqua) mereka laku, dan akhirnya melakukan produksi kembali. Produsen tidak akan ambil pusing dengan aksi memalukan itu, karena yang ada di pikiran produsen adalah "barang laku, ada income, melakukan produksi lagi".

Tindakan memalukan itu adalah sebuah kebodohan yang hakiki, yang seharusnya tidak dilakukan oleh umat yang memiliki (tambahan) ilmu agama. Kenapa? Tuhan mereka melarang untuk membuang makanan/minuman, karena itu sifatnya mubazir. Sedangkan Tuhan mereka menyuruh untuk beramal, yang artinya, produk yang mereka beli bisa disumbangkan daripada harus dibuang. Bukankah jika hal itu terpikirkan, akan jauh lebih bermanfaat? Namun pada kenyataannya, agama bukan satu-satunya sumber moral.

Mempunyai agama bukan berarti kalian bisa lepas dari kebodohan. Yang sangat memalukan dalam kasus di atas adalah, mereka membawa label agama Islam, sehingga stigma "umat bodoh" akan semakin nyaring terdengar.

Ada satu lagi tindakan bodoh yang dilakukan oleh umat Islam, dalam rangka memprotes perkataan Emmanuel Macron. Saya dikirimi sebuah video dari salah satu pengikut Saya di instagram, video yang berhasil membuat Saya tertawa terbahak-bahak. Isi videonya yaitu, demonstrasi di depan tempat les bahasa Perancis di Bandung.

Saya pun tak habis pikir, dampaknya apa bagi Perancis? Sedangkan mereka yang mengurusi les bahasa, merupakan orang Indonesia yang mencari nafkah dari pemberian les itu. Hal seperti ini menjadi sebuah kebodohan yang tak berkesudahan di Indonesia, bahkan di negara lain, khususnya bagi mereka yang beragama Islam. Kalian harus bisa memetakan hal-hal apa saja yang harus dilakukan, menentukan target dari aksi boikot yang kalian serukan, jika memang ingin memboikot Perancis dan produknya. Kalian tidak bisa memetakan dan menyasar target? Mari Saya beri penjelasan untuk bahan edukasi.

Ketika kita hendak memboikot sebuah produk asing, kita harus bisa memetakan produk mana saja yang sebagian besar komponennya berasal dari luar negeri, yang proses produksinya dilakukan di luar negeri. Kemudian kita bisa memboikot komponen yang sebagain besar berasal dari luar negeri, memboikot produk yang diproduksi dari luar negeri. Artinya? Kita menyasar produk dari sektor impor.

Ketika kita memboikot produk impor, artinya tekanan yang kita berikan kepada produk asing, tepat mengenai sasaran. Namun jika yang kita boikot adalah produk-produk yang diproduksi di Indonesia, itu sama saja kalian "menikam" saudara setanah air kalian sendiri. Karena apa? Seperti penjelasan Saya di awal, bahwa produk asing (merk) yang diproduksi di Indonesia hanya memberikan "brand", "branding", dan "lisensi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun