Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kesalahan Berpikir Masyarakat Pekerja di Indonesia

19 Oktober 2020   18:42 Diperbarui: 20 Oktober 2020   08:36 2819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tesla dikabarkan tertarik membuka pabriknya di Batang| Sumber: Reuters via Kompas.com

Kalian harus tahu, bahwa salah satu dikebutnya ekonomi berkelanjutan melalui MP3EI serta Omnibus Law, adalah iklim tenaga kerja di negara kita yang terkenal dengan tenaga kerja berupah murah. 

Di Batang sendiri, UMK hanya menyentuh angkat dua juta sekian rupiah. Tentu angka yang berada di bawah kota-kota lainnya, seperti di Semarang yang hanya kisaran dua juta tujuh ratus ribu rupiah. Banyak pabrik direlokasi ke Batang dan Kendal, karena memang pada kenyataannya, upah di sana masih murah.

Mari kita bandingkan upah sebuah perusahaan pada dua kota yang berbeda. Saya tidak ingin menyebut nama perusahaanya. Sebuah perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor, dengan jabatan Quality Analyst pada dua kota yang berbeda. 

Sebut saja Pekalongan dan Batang. Quality Analyst (QA) mempunyai jobdesk yang sama, jam kerja yang sama, dan tanggung jawab yang sama. UMK di Pekalongan Rp 2.072.000 sedangkan di Batang Rp 2.061.000 (INews Jateng), dua kota kecil yang selisih upahnya masih kecil. Namun jika dibandingkan dengan Bogor? Jakarta? Tentu upah di Batang kurang dari setengahnya Bogor.

Perkara upah murah inilah yang membuat banyak pemodal memilih Indonesia sebagai motor penggerak kekayaan mereka dan menjadikan Omnibus Law sebagai alat untuk mendapatkan pekerja dengan upah yang murah. 

Logikanya sederhana, kenapa pekerja dengan ijazah SMA masih kalah 'kaya' dengan pekerja tanpa ijazah sekalipun tapi sebagai TKW/TKI di luar negeri? Jawabannya adalah, karena upah di negara lain masih lebih tinggi dari upah dalam negeri.

Negara kita adalah negara yang besar, dengan kekayaan alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Tapi kenapa negara kita masih saja tertinggal? Bahkan oleh negara-negara se-asia tenggara yang dulunya berada di bawah negara kita? 

Jawabannya adalah negara kita dikelola oleh orang-orang yang belum tepat, yang masih mementingkan urusan pribadi ketimbang hajat hidup rakyat. 

Ditambah dengan iklim politik yang erat dengan kepentingan, mau sampai kapan negara ini akan jalan di tempat bahkan berjalan mundur? Indonesia tidak kekurangan sumber daya manusia. Indonesia tidak kekurangan orang pintar. Indonesia hanya kekurangan orang-orang yang pola pikirnya tidak salah (sesat pikir).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun