Sebuah kota tidak bisa dikatakan maju hanya karena banyak pabrik milik orang luar negeri yang berdiri di sana. Sebuah kota tidak bisa dikatakan maju jika masyarakatnya bekerja semua.Â
Ada banyak faktor yang diperlukan agar kota itu dapat dikatakan "kota maju". Ada pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pengembangan teknologi, sumber daya manusia, sumber daya alam, merupakan beberapa faktor yang menjadi syarat majunya sebuah kota. Banyaknya pabrik yang berdiri pada sebuah kota, tidak bisa menjadikan kota itu sebagai kota yang maju. Inilah kesalahan berpikir yang pertama.
Yang kedua adalah, "mereka yang kemarin ikutan demo menolak Omnibus Law tidak usah melamar kerja di sana". Mereka yang demo menolak Omnibus Law, khususnya terhadap pasal-pasal yang berpotensi merugikan tenaga kerja, tidak bisa disalahkan atau dilarang untuk melamar pekerjaan pada sebuah pabrik.Â
Mereka yang ikut menolak dan berdemo justru peduli dengan nasib buruh dan calon buruh. Upah yang layak, hak-hak yang seharusnya didapat, dispensasi dalam pekerjaan, hingga keberlangsungan/kepastian posisi mereka dalam sebuah perusahaan, adalah beberapa item yang mereka perjuangkan.
Usaha mereka tentunya berimbas kepada buruh yang tidak ikut aksi, bahkan mencibir aksi tersebut. Lalu, logika macam apa yang malah melarang hingga mengintimidasi mereka yang ikut aksi?Â
Kenapa pula mereka dilarang untuk melamar kerja? Padahal, ketika lapar, kita butuh makan. Makan butuh uang. Untuk mendapatkan uang, kita perlu kerja. Memilih pekerjaan pun, kita jangan mengutamakan idealisme. Karena apa?Â
Mencari pekerjaan yang sesuai dengan idealisme teramat susah. Kita memerlukan sikap realistis. Pekerjaan apapun bisa kita terima, asalkan urusan perut terpenuhi.
Tapi jangan lupa, selain realistis, kita memerlukan sikap rasionalis. Apa jadinya jika upah yang kita terima tidak memenuhi standar? Tidak mampu mengcover kebutuhan kita? Jam kerja yang tidak manusiawi? Hingga tidak adanya jenjang karier?Â
Jika kita hanya stuck pada satu posisi dengan gaji yang masih sama, apa bedanya kita dengan orang-orang zaman penjajahan? Inilah kesalahan berpikir yang kedua.
Komentar ketiga yang saya soroti berasal dari komentar saya sendiri, yaitu "brand besar kok gajinya kecil?"Â