Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Karma Seorang Jerinx

13 Agustus 2020   22:08 Diperbarui: 13 Agustus 2020   22:08 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita penangkapan Jerinx SID hari ini membuat publik gempar dan bertanya-tanya, bagaimana bisa sebuah kritikan di media sosial bisa berakhir dengan penjara? Dan dengan ditangkapnya Jerinx, membuat panjang daftar kasus serupa dan semakin menambah perspektif bahwa Demokrasi di negara ini sedang dikebiri. 

Sebab, banyak aktivis di media sosial beberapa tahun terakhir juga mengalami nasib yang sama seperti Jerinx karena telah mengkritik Pemerintah lewat media sosial. Banyak orang menyayangkang atas penangkapan Jerinx, termasuk dari kalangan dokter pula yang notabenya, terikat dengan Ikatan Dokter Indonesia.

Kritik, apapun bentuknya, tidaklah salah. Yang salah adalah cara penyampaian, penggunaan kalimat. Karena kita hidup di Indonesia pastilah mempunyai aturan, termasuk aturan dalam etika. Jika ada orang yang mengkritik dengan etika yang tidak baik, kita berhak untuk marah dan memperkaran ucapannya. Andaipun kritik itu tidak mempunyai saran, tidak mengapa, asal tetap menggunakan bahasa yang baik. 

Ini bukan perkara moralis, karena bagi Saya, ajaran leluhur mengenai norma dan etika harus dipertahankan. Apa sih yang membedakan orang baik dan tidak baik? Apa sih yang membuat kita disegani oleh orang lain? Etika, karena dengan etika yang baik, persepsi orang lain kepada kita akan baik pula. "Ah itu si A anak baik, sopan, patuh kepada orangtua, murah senyum, ramah", kalimat barusan adalah contoh persepsi orang lain kepada kita atas apa yang kita tunjukkan kepada orang lain. Melalui perilaku yang baik dalam hidup, tentu akan membuat 'image' kita menjadi baik di mata masyarakat.

Sebenarnya, untuk mencari benang merah dari kasus penangkapan ini teramat mudah, yaitu mengenai statement yang dilontarkan oleh Jerinx yang berbunyi, "IDI kacung WHO". Kata kacung sendiri dalam KBBI berarti pelayan, pesuruh. Namnun banyak orang salah mengartikan kata "kacung" hanya sebagai kata biasa, padahal, kata "kacung" berkonotasi negatif. 

Sebagai bahan informasi, Konotasi Positif merupakan kiasan yang mengandung makna baik/ positif. Sebaliknya, Konotasi Negatif merupakan kiasan yang mengandung makna buruk/ negatif. Saya sendiri pun, jika dibilang kacung, tentu akan tersinggung karena kata itu memiliki konotasi negatif. Sama halnya dengan kata "Pelacur" dan "PSK", keduanya mempunyai makna yang sama, tetapi berbeda konotasi.

Banyak orang salah menilai kasus penangkapan Jerinx SID, yang semakin menambah parah iklim Demokrasi di Indonesia. Namun bagi Saya pribadi, penangkapan Jerinx Saya maknai dengan dua poin. Pertama, Jerinx terpeleset oleh lidahnya sendiri dengan mengakatan bahwa IDI adalah kacung WHO. Kedua, Jerinx mendapatkan karma atas ucapan yang pernah atau sedang Ia lontarkan.

Saya sendiri 'ribut' dengan Jerinx sudah dua kali. Pertama, ketika Jerinx mengatakan bahwa Via Vallen adalah seorang pelacur karena sudah mengaransemen lagunya dan dinyanyikan tanpa ijin. Ketika itu Jerinx mengirimkan pesan ke akun Instagram Saya yang isinya cacian, ancaman, dan juga intimidasi. 

Padahal, Saya hanya berusaha mengingatkan kalau diksi atau kata yang Ia pakai (baca: Pelacur) merupakan kata yang berkonotasi negatif. Sedangkan kasus yang kedua adalah, ketika Saya membela salah satu teman Saya yang akunnya diposting oleh Jerinx dan dituduh sebagai akun siluman. Hanya karena teman saya kontra terhadap statement Jerinx soal Covid 19, akun teman Saya diposting dan kolom komentarnya berisi cacian semua.

Saya yang kembali mengingatkan bahwa akun teman Saya itu bukan akun siluman, malah dicaci oleh Jerinx. Bukan hanya sekedar cacian biasa, Jerinx sampai mengancam bahwa Ia akan memotong telinga Saya jika Saya tidak bisa membuktikan bahwa akun itu bukanlah akun siluman. Saya yang mempunyai rasa loyal terhadap teman Saya, tentu tidak akan memberikan informasi kepada Jerinx mengenai teman Saya itu. 

Teman Saya sudah mendapatkan tekanan dari Jerinx lewat DM instagram, bahkan mengancam akan melaporkannya ke atasan teman Saya agar Ia dipecat dari pekerjaannya. Bahkan, Jerinx juga menyebut kalau Ibu Saya sundal. Pernah sekali Jerinx menelepon Saya, marah-marah karena Saya berkata "idiot" di kolom komentar akunnya. Sedangkan, Saya tidak pernah marah ketika Saya disebut bangsat, dicaci, diintimidasi, bahkan diancam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun