Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Feminis, Eksistensi, dan Seni Seksualitas

16 April 2020   17:30 Diperbarui: 16 April 2020   17:27 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak disadari, apa yang kita lakukan dalam hidup terdapat sebuah seni. Dan seni itu banyak sekali rupanya, orang-orang pun memiliki seninya sendiri-sendiri. Begitu pula dengan hubungan seksual, yang juga ada seninya tersendiri. Orang-orang, entah menyadari atau tidak, ketika berhubungan seksual, pasti memerlukan intriknya.  Pencarian akan kepuasan yang memunculkan seni dalam bercinta. Dan semua orang berhak mendapatkan kepuasan, bahkan oleh seorang feminis sekalipun.

Gonjang-ganjing masalah kepuasan seksual, kaum feminis mempunyai ekspektasinya sendiri. Mereka menuntut lawan jenisnya untuk tidak "egois", maka kaum feminis akan sangat murka ketika lawan jenisnya klimaks terlebih dahulu sebelum wanitanya mencapai kepuasan.

Suatu hal yang wajar sebenarnya, karena feminis menuntut kesetaraan, maka mereka juga berhak untuk dipuaskan. Dan hal yang wajar juga kepada mereka (lelaki) yang beranggapan bahwa "wanita adalah pemuas". Sehingga, ketika lelaki sudah klimaks, maka urusan ranjang telah selesai walau si wanita belum puas.

Tapi kembali lagi pada poin tulisan ini, bahwa hubungan seksual juga memerlukan sebuah seni. Dan bagaimana untuk mendapatkan menikmati seni itu? Tentu dengan "imajinasi" dan "kesadaran" masing-masing personal yang akan bercinta. Mari sini, sayangku. Akan Aku tunjukkan caranya berseni dalam bercinta.

Tangan ini ada dua, masing-masing memiliki lima jari. Ada pula kukunya, termasuk juga tingkat kekasaran kulitnya. Jari-jari ini bersama kukunya Aku gunakan dengan sebaik mungkin. Meraba, memberikan efek kejut, bergerak bebas merdeka menjelajahi tubuh pasangan. Terkadang gerakannya lambat, terkadang berputar di satu tempat, terkadang aktif menari hingga direspon oleh suara "ah". Bayangkan, hanya dengan jemari saja sudah tercipta sebuah seni.

Aku ini punya hidung, dan dapat dipergunakan untuk membuat seni. Disaat jemari gentayangan, hidung ini mencari mangsa, mengendus bagian yang disukai, hingga bau-bau sensasional dapat meningkatkan seni dalam bercinta. Selain itu, Aku juga punya bibir, serta gigi. Mubazir rasanya jika tak dimanfaatkan untuk membuat seni. Kukecupi spot-spot rawan desahan. Kugigit lugu kulit yang berpori. Dan lidah ini juga tak mau kalah, melumati leher, bibir, dan juga telinga. Hidung yang berburu aroma, bibir yang mengunci secuil kulit, gigi yang menancap kuat, lidah yang menari, ditambah dengan kedua tangan yang mencengkram si buah dada. Dan ketika semua itu bekerja bebarengan, seni tercipta sudah, yang direspon dengan desahan surgawi.

Bercinta memang membutuhkan seni. Dan hal kecil di atas bisa kalian modifikasi sendiri, kembangkan sendiri. Atau, bisa kalian tambahkan adegan yang dirasa kurang.

Tunggu dulu! Seninya belum sempurna, masih ada seni lain yang bisa dieksplorasi. Dan ketika dua lawan jenis mulai orgasme, barulah pergunakan senjata petaka kepunyaan si pria. Kenapa Aku pakai diksi petaka? Karena bisa saja efek yang terjadi adalah pembuahan. Sedang tiap yang bercinta tidak semua pasangan suami istri.

Oke, lanjut. Ketika sang senjata sudah mendarat dengan sempurna, janganlah menjadi bengis. "mengoplok-oplok" wadah dengan sesuka nafsu tidaklah baik, karena bisa saja dinding-dindingnya terluka. Dan tindakan itu adalah perbuatan sang pecundang.

Nikmatah. Ciptakan tempo yang berirama. Ciptakan tempo yang membuat melodi bernada indah. Ciptakanlah tempo hingga syair-syair merdu terdengar merdu. Dan peran tangan, bibir, gigi, jangan dihilangkan. Karena seni itu merupakan sebuah penggabungan. Fantasi boleh liar, tapi ingat! Nafsu yang tak terkendali adalah sifat yang buruk.

Jangan sungkan untuk meminta pasangan berganti posisi, berganti peran. Karena seperti yang tadi Aku beri tahu, bahwa seni adalah sebuah penggabungan. Termasuk peran beserta fantasi pasangan. Maka dengan begitu, kepuasan dua lawan jenis akan terpenuhi. "fantasi" dan "kesadaran" dua orang yang berurusan sama pentingnya. Dan ketika keduanya sudah sama-sama klimaks, tidak ada alasan lagi utuk saling mendebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun