Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bahasa Skizofrenia

6 April 2020   15:27 Diperbarui: 6 April 2020   15:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duhai syair, hanya kepadamulah aku merasa aman. Senandung kalbu bergema disetiap aku terjatuh ke dalam jurang, berkali-kali seringnya. Tak ada yang bersedia mengajakku berbicara, tak ada yang bersedia mengusap jantungku yang kotor. Lirih-lirih pelan kugemakan hingga tak ada lagi air mata yang terjatuh.

Pernah aku meminta, tapi tak ada pengabulan. Pernah aku memohon, tapi tak ada pengiba'an. Lalu kepada siapa lagi aku bercerita, wahai syair? Tatkala semua orang membuta, tatkala semua orang membisu. Berjuta sabda telah aku ciptakan, namun tak pernah ada perhatian.

Aku bernyanyi tentang lagu yang tak pernah dibuat, aku bersenandung tentang syair yang haus. Semua beranjak pergi. Satu per satu, hingga mereka semua menghilang.

Mataku terpejam, mengarah dalam kegelapan. Kulihati semua yang gelap, ku rendahi semua yang tak berwujud. Dalam kilau gemintang aku berharap, namun tak jua tersadurkan. Entah masa apakah ini, semua gelap hingga aku tersungkur setiap saat.

Tuhan. Lagi-lagi Tuhan yang aku sebut duhai syair. Tak ada yang bisa aku ucap selain kata maaf. Maaf karena telah mempercayaiNya. Maaf karena telah berdo'a kepadaNya. Dengarkan! Sesak jantung kotor ini dibuat, sesak hingga kaki ini mulai putus asa untuk melangkah. Dan tangan ini hanya bersedia bergerak, tak tentu arah larut dalam rasa derita.

Lihatlah, syair! Aku paksakan untuk melangkah walau kaki tak bersedia. Tak peduli pandanganku gelap. Tak peduli tak ada apapun yang lihat. Biarkan gelap ini berjuang menemaniku. Biarkan gelap ini merasakan nestapaku. Aku yakinkan tekadku, bahwa gelap ini adalah satu-satunya jalanku. Jalan yang akan membawaku ke dalam gelap yang baru, gelap yang akan menguasai alam semesta.

Camkan wahai matahari! Masamu sebentar lagi akan berakhir. Masamu sebantar lagi akan tergantikan! Letusan bintang-bintang akan menggerogoti kekuatanmu. Letusan bintang-bintang akan melemahkan kuasamu! Dan akhirnya masa yang gelap akan tiba, bersama mereka yang teraniaya. Dan juga aku, yang senantiasa berkawan dengan gelap.

Setiap kekalahan akan tercatat, menjadi sejarah, menjadi momok yang ditakuti. Yang kalah biarlah kalah, yang menang biarlah menang. Masalah pemberontakan itu opsi kedua, dimana tak ada lagi kepercayaan, dimana rasa muak telah membangkitkan iblis dari kuburnya.

Tetapi kenapa ada pemberontakan, kenapa?! Kehausan tercipta dari fana. Kehausan yang tumbuh karena kecewa! Siapa yang memulai? Siapa yang mempropaganda? Kenapa bisa begitu? Aku tak tahu syair! Mungkin saja kehendak Tuhan. Mungkin saja kehendak manusia. Atau mungkin kehendak setan!

Dengarlah. Tak ada yang abadi di alam semesta, bahkan matahari sekalipun. Semua akan berganti masa. Semua akan musnah bila waktunya telah tiba. Begitu juga dengan penderitaan, kejayaan. Dan juga dengan diri yang tak berkawan.

Lalu kenapa aku selalu bergumam, wahai syair? Kenapa! Apa yang merasukiku? Iblis? Malaikat? Atau Tuhan?. Sungguh biadab yang membuatku begini. Biadab! Seenaknya membolak-balikkan hati dan perasaan. Dengan lancang mematikan logika yang maha tinggi!

Biar. Biarlah semua terjadi. Biarkan semua tercipta dengan sendirinya. Tak ada yang bisa dilakukan oleh makhluk yang fana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun