Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"The New China", Sebuah Langkah Mematikan China yang Perlu Diwaspadai

8 Januari 2020   06:40 Diperbarui: 8 Januari 2020   14:41 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Xinhua

Transisi yang cepat itu menghadirkan tantangan baru bagi negara-negara yang rela menginvestasikan miliaran dollar uang mereka untuk pembangunan insfrastruktur di Afrika. Dan, China adalah salah satu negara yang berani mengambil risiko itu.

Populasi di Afrika sendiri pada tahun 2050 diperkirakan tembus 1 miliar jiwa. Dengan laju urbanisasi yang sangat tinggi ini, muncul banyak peluang ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

IMF baru-baru ini mendeklarasikan Afrika sebagai wilayah dengan pertumbuhan tercepat kedua di dunia, dan banyak yang memprediksikan bahwa Afrika sedang dalam perjalanan untuk menjadi ekonomi $ 5 triliun, karena konsumsi rumah tangga diperkirakan akan meningkat pada klip tahunan 3,8% menjadi $ 2,1 triliun pada tahun 2025.

China telah menjadi pemain utama dalam dorongan urbanisasi Afrika, karena sebagian besar inisiatif infrastruktur benua sedang digerakkan oleh perusahaan-perusahaan China dan/atau didukung oleh pendanaan China.

China sekarang adalah mitra dagang terbesar Afrika, dengan perdagangan Tiongkok-Afrika mencapai $ 200 miliar per tahun. Menurut McKinsey, lebih dari 10.000 perusahaan milik China saat ini beroperasi di seluruh benua Afrika, dan nilai bisnis China di sana sejak 2005 berjumlah lebih dari $ 2 triliun, dengan $ 300 miliar dalam bentuk investasi.

Dan, tahukah kalian wahai rakyat +62? Secara perlahan, China memindahkan pabrik manufaktur mereka ke kawasan Afrika. Kenapa? Karena upah pekerja di Afrika terbilang murah, maka dari itu, dengan adanya China sebagai pelaku utama dalam pembangunan di Afrika, lambat laun Afrika akan menjadi The New China.

Dalih bantuan pembiayaan pembangunan ekonomi yang ditawarkan oleh China kepada Afrika sejatinya merupakan langkah mamatikan China untuk menguasai benua Afrika!

Negara-negara di benua Afrika lambat laun akan tunduk kepada keinginan China dan akhirnya merelakan kedaulatan negara karena tekanan utang luar negeri. Dan bagaimanakah dengan Indonesia? kalian sudah bisa menebaknya dengan kasus Natuna yang akhir-akhir ini sedang diperbincangkan oleh semua lapisan masyarakat Indonesia.

Sebuah laman berita Ft(dot)com berhasil membuat saya terkejut dengan penggalan paragraf awal berita yang berisi, "Saya ingin membuat prediksi. Ini sangat berani: dalam 50 tahun, label "Made in Africa" akan sama di mana-mana seperti "Made in China" hari ini pada barang-barang sehari-hari yang dijual di Inggris seperti pakaian, handuk dan televisi.

Bahkan, saya akan melangkah lebih jauh: produk-produk Afrika sebenarnya akan menggantikan banyak barang yang saat ini dibuat oleh perusahaan-perusahaan Cina." Isi berita di laman tersebut mengingatkan saya tentang investasi besar-besaran yang digelontorkan oleh China di Afrika.

Dan, dengan semakin banyaknya pabrik China yang pindah ke Afrika, semakin menguatkan dugaan saya bahwa China akan menguasai benua Afrika dan semakin menguatkan posisinya dalam merebut stamp "Negara Super Power" yang saat ini dipegang oleh Amerika Serikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun