Rencana Presiden Jokowi yang mengatakan akan berfokus pada pembangunan sumber daya manusia dalam periode kedua ini, saya pribadi ingin mengapresiasi niatan tersebut, tapi tentunya dengan beberapa catatan.
 Sumber daya manusia di negara-negara maju berbeda cukup signifikan dengan sumber daya manusia di negara-negara berkembang, pada negara maju, kualitas sumber daya manusia relatif lebih baik yang artinya, dengan sumber daya manusia yang relatif baik maka sumber daya manusianya memiliki daya cipta tinggi. hal itu dapat kita lihat pada artikel-artikel seputar teknologi dan sains, kualitas pendidikan di negara maju juga ikut andil dalam penciptaan sumber daya manusia yang siap bersaing.
Di Indonesia, dalam periode waktu 2015 hingga 2019 justru masih meributkan hal-hal yang berkaitan dengan SARA, terutama di media sosial terkait dengan politik. Pasti kita sering menjumpai kalimat seperti ini, "Negara maju sibuk dengan penelitian dalam bidang teknologi dan sains, sedangkan Indonesia masih sibuk urusan SARA."Â
Hal itu memang benar terjadi selama periode waktu yang saya sebutkan tadi, kenapa? Karena saya sendiri salah satu content creator di media sosial instagram sepanjang periode itu.Â
Tentu hal yang terjadi di Indonesia membuat banyak elemen masyarakat merasa miris, banyak orang gontok-gontokan hanya karena berbeda pilihan politik.
Lalu, catatan apa yang akan saya berikan dalam tulisan ini? Yang paling utama adalah terkait dengan pendukung Jokowi, atau yang sering disebut dengan BuzzeRp. Sudah bukan rahasia lagi jika keberadaan BuzzeRp dengan kefanatikannya mendukung serta membela sosok Jokowi teramat memilukan.Â
Mereka (BuzzeRp) memproduksi banyak konten yang banyak memuat disinformasi, menyebarkannya, hingga pembuatan narasi-narasi dangkal hanya demi membela Presiden Jokowi. Ini bukan masalah enteng, bagaimana bisa Jokowi ingin mensukseskan pembangunan sumber daya manusia jika pendukungnya saja ikut andil dalam 'aksi pembodohan' di berbagai media sosial?Â
Seharusnya Jokowi bersedia untuk mengedukasi pendukungnya, mengevaluasi mekanisme pendukungnya dalam pembuatan konten, bila perlu, memberikan hukuman kepada pendukungnya yang dengan sengaja menyesatkan opini publik.Â
Langkah sederhana yang saya maksud tadi merupakan sebuah langkah awal, langkah yang paling mudah karena Jokowi tentunya mempunyai akses secara langsung dengan mereka. Akan berbeda jika Jokowi mengevaluasi masyarakat luas dan secara serentak.Â
Dalam ilmu marketing adalah istilah yang dikenal dengan targeting, sedangkan untuk menentukan target makan harus dianalisan dulu dari berbagai aspek. Misalnya, geografi, usia, jenis kelamin, pertumbuhan penduduk, hingga keadaan psikologis. Pemerintah akan kualahan jika menentukan target secara bersamaan dengan aspek yang berbeda-beda.
Sedangkan jika mengevaluasi BuzzeRp lebih dulu? Itu sangat mudah mengingat pemerintah sudah mempunyai berbagai informasi yang diperlukan, untuk ursan edukasi pun, terbilang mudah karena sewaktu-waktu mereka bisa diikut-sertakan dalam acara seminar pembangunan sumber daya manusia. Dan yang lebih bermanfaat lagi? BuzzeRp bisa turut serta dalam mengedukasi banyak orang melalui media sosial. Inilah alasan saya menempatkan "BuzzeRp" sebagai catatan yang utama.