Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Depresi, Sebuah Paradoks

16 Oktober 2019   20:40 Diperbarui: 16 Oktober 2019   20:48 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image via tribunnews

Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti mempunyai masalah masing-masing, banyak di antara mereka yang menyembunyikan masalahnya agar tidak terlihat oleh orang lain. Beberapa di antara yang banyak itu sering kali merasa risih jika ada orang yang berempati kepada mereka atas permasalahan yang sedang dihadapinya. 

Pola pikir demikian menurut saya lumrah dan manusiawi. Mereka menolak empati bukan berarti mereka sombong atau pun berlagak kuat, tetapi memang seperti itulah karakteristik pada diri mereka.

Ada juga orang-orang yang mendadak menjadi patung ketika sedang dilanda oleh masalah. Mereka diam, murung, seolah tidak ada yang peduli lagi dengan mereka. Perilaku seperti inilah yang harus mendapatkan perhatian khusus dari orang-orang di sekitar mereka. Kenapa saya bilang demikian? Karena orang yang 'murung' itu sedang dilanda depresi, stress, perasaannya sedang buruk. 

Ketika orang sedang depresi, alam bawah sadar mereka bertindak di luar kontrol. Dan, mereka bisa melakukan apapun yang mereka pikir bisa memperbaiki keadaan, salah satu yang paling parah adalah bunuh diri.

Bicara masalah bunuh diri, jika dalam kacamata agama hal itu dilarang, tidak dibenarkan. Tapi orang yang depresi tidak membutuhkan obat, ceramah keagamaan, hingga Tuhan sekalipun. Orang yang sedang depresi hanya butuh satu saja teman yang bersedia menjadi pendengar. 

Kamu tidak perlu berpikir tentang solusi, karena orang yang depresi tidak membutuhkan solusi. Mereka hanya butuh didengarkan, mereka hanya butuh meluapkan apa yang menjadi beban dalam diri mereka, sehingga ketika orang yang sedang depresi berbicara tanpa henti dan seringnya diiringi oleh tangisan, lambat laun akan memperbaiki suasana hatinya. Ketika mereka sudah mulai lelah bercerita sudah mulai lelah menangis, barulah kita sebagai orang yang peduli, memberikan semangat untuk mereka. 

Saya tekankan sekali lagi, mereka tidak butuh solusi dari kalian. Karena apa? Belum tentu solusi yang diberikan dapat diterima oleh logika mereka. Terlebih lagi, setiap orang pasti mempunyai persepsi yang berbeda. Itulah kenapa saya bilang kalau mereka tidak butuh solusi. Mereka hanya membutuhkan teman yang bersedia mendengar, cukup mendengar.

Kasus terbaru perihal bunuh diri datang dari salah satu penyanyi wanita K-Pop, dan kasus itu jelas membuat publik bertanya "ada apakah? Kenapa?", karena seperti yang saya katakan di awal, ada banyak orang yang memilih untuk diam ketika sedang ada masalah. Terlebih penyanyi, sebut saja Selena Gomez yang harus beberapa kali menjalani perawatan mental karena menderita depresi. Dan yang seperti kita ketahui, seorang penyanyi pastilah memiliki haters yang, ketika berkomentar mengeluarkan perkataan yang sering kali menusuk ke dalam hati seorang public figure. 

Komentar-komentar pedas inilah yang mampu mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Bullying, baik verbal maupun non verbal merupakan penyumbang terbanyak kasus bunuh diri di seluruh dunia. Kita semua tidak boleh buta akan hal ini, kita semua mempunyai peran penting agar meminimalkan angka bunuh diri.

Kalian boleh memulai dari orang terdekat kalian. Silahkan kalian terka, kiranya siapa saja orang di sekeliling kalian yang sedang mempunyai masalah ataupun sedang dalam keadaan depresi. 

Bantulah mereka yang sedang dalam keadaan depresi untuk lekas membaik. Kalian bisa mencoba untuk mengajak mereka pergi ke suatu tempat yang dirasa bisa memperbaiki mood dari teman kalian, atau, jika kalian tidak suka hal-hal yang bersifat konsumtif, pancing teman kalian yang sedang depresi itu untuk bercerita. Lewat chatting misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun