Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Orang Persimpangan Jalan

9 September 2019   20:18 Diperbarui: 9 September 2019   20:30 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Hara Nirankara

Dalam ketiadaan aku bertemu dengan orang-orang baru, seolah mereka mengasingkanku, menganggap kastaku berada di bawah mereka. Dalam perjalanan yang teramat panjang, banyak tragedi per tragedi muncul. Mulai dari cinta, logika, pertemanan, hingga dihadapkan pada sebuah pilihan. Aku mencoba menerka, kiranya makhluk seperti apa yang sedang ada di hadapanku. 

Mereka menggenggam sebilah kayu, menenteng seutas rantai, dan menyelipkan sebuah belati di antara tatapan-tatapan kosong. Menerkaku semakin jauh, dalam, dan kemudian hilang. Aku memilih untuk tidak melawan mereka, aku memilih untuk mendekati mereka, dan membisikkan sebuah kata-kata. Sebuah kata yang aku kira dapat merubah persepsi, stigma, dan cara pandang mereka yang siap menjarah segala yang ada dalam diriku.

"Bukanlah hidup kalau sekadar untuk mencari makan, bukankah sambil bekerja seseorang bisa merenungkan suatu hal, bisa berzikir dengan ucapan yang sesuai dengan tahap penghayatan atau kebutuhan hidupnya, bisa mengamati macam-macam manusia, bisa belajar kepada sebegitu banyak peristiwa. Bisa menemukan hikmah-hikmah, pelajaran dan kearifan yang membuat hidupnya semakin maju dan baik." kalimat dari penguasa Ma'iyah ini aku cerna baik-baik serta dalam, dan membisikkannya kepada mereka, "Hai, namaku Tidak Ada. Aku sedang mencari tempat yang disebut dengan Ketiadaan.", barangkali langkahku sudah tepat, memantik sebuah obrolan yang tersirat.

Aku memaksa mereka untuk menjawab pertanyaanku, kemudian aku timpali lagi dengan pertanyaan yang lain, "oh, tempat apakah sebenarnya itu?", dan terus bertanya hingga ada sebuah relasi yang tercipta, yang akhirnya akan membawa kami semua ke dalam sebuah ikatan Orang Persimpangan Jalan.

Dan jika aku kepada mereka sudah semakin dekat, aku bisa bertanya hal yang lain, membuat obrolan-obrolan intim, hingga akhirnya kami benar-benar dekat. Orang yang tadinya membawa sebilah kayu, menenteng seutas rantai, dan menyelipkan sebuah belati, yang tadinya sempat aku hindari dengan statmen-statmen ilusi, akhirnya bisa aku kenali dan ajak bicara.

Bukankah hidup itu demikian? Berusaha tidak menyakiti dengan sedikit sentuhan, yang akhirnya akan membuka tabir gelap yang hampir saja membuat pertengkaran. "Makhluk kecil, kembalilah dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu." Soe Hok Gie

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun