Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membedah Konsep Berpikir Manusia

27 Juli 2019   21:02 Diperbarui: 27 Juli 2019   21:18 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Hara Nirankara

BAGIAN 1
Dunia ini menyimpan banyak misteri, sedangkan kehidupan adalah sub-misteri dari dunia. Pola-pola tragedi tersusun rapi di dalam waktu. Paradigma-paradigma kian hari kian menggunung. Pikiran kacau seribu satu cara mencari pembenaran. Lihatlah! Mereka saling cekcok. Dasar goblok! Semua omongan mereka tiada arti, bising telinga dibuatnya. Di zaman yang modern ini tidak ada yang namanya kebenaran. Apalagi  kesalahan! Ambiguitas. Telek king kong dengan segala retorika pos-mo. Oh jelas ini perkara umat manusia di belahan dunia manapun.

Lihatlah! Mereka mencecar feminisme karena dianggap membahayakan posisi kaum lelaki. Segala macam cara mereka beretorika demi menyudahi pertentangan perkara feminisme. Bahkan yang lebih gila, ada banyak dari kaum perempuan yang menolak feminisme dan rela menjadi pelacur berlogo burung garuda. Ya, mereka rela dipoligami karena sudah dibodohi oleh kaum lelaki yang menentang feminisme. 

Coba saja pikir, di dalam agama Islam kaum wanita itu diistimewakan. Feminisme juga menunut agar kaum wanita yang menjadi budak lelaki diistimewakan, dipenuhi hak-haknya. Tetapi malah banyak orang beragama Islam yang goblok! Diistimewakan kok nggak mau? Diperjuangkan haknya kok menolak? Goblok, kan? Mereka beragama Islam lho? Tapi malah mengingkari agamanya sendiri.

Kalau saya boleh sombong, adat maupun budaya Jawa lebih sempurna dari Islam. Ini bukan sara, bukan ingin menyulut chaos. Suami-Istri orang Jawa saling membantu, gotong royong, saling mengerti, mendidik anak pun secara bersama-sama. Mereka menanamkan budaya Jawa yang sopan. Tahu pakaian adat Jawa? Terlihat sopan bukan? Memang sopan! Dan banyak orang asing yang meremehkan serta memanfaatkan kesopanan mereka. 

Padahal di balik itu, ada keris, parang, yang diselipkan di bagian belakang. Sedangkan wanitanya punya [entahlah apa namanya] yang dijadikan tusuk konde, dan itu bisa dijadikan senjata untuk melawan orang asing. Nyambung? Pasti banyak yang akan bilang tidak nyambung. Bodo amat! Yang jelas banyak pasangan suami-istri dari tanah Jawa yang saling membantu dalam urusan rumah tangga. Karena memang pernikahan itu menjadikan dua kepala menjadi satu, bukannya tetap dua. 

Setan mana yang berani bilang kalau tugas rumah mutlak tugas wanita? Iblis mana yang berani bicara kalau wanita itu tugasnya memuaskan pria? Coba kau cerna, dari dulu Bapakku membantu urusan rumah: mencuci, memasak, membersikan rumah. Bapakku itu lelaki yang hebat dan masa bodo dengan bacotan orang. Yang penting Ibuku sanggup untuk dibekerja sama. Sama-sama mendidik anak, mencari rejeki. Hal itu menurun ke generasi selanjutnya. 

Tidak ada yang namanya lelaki hanya kerja dan masa bodo dengan pekerjaan rumah. Kakak-kakakku yang lelaki juga mencuci pakaian, menyapu, kadang juga memandikan anaknya. Mana tega kakakku memperlakukan istrinya bagai budak yang disuruh mengurus perkara rumah dan anak sendirian. Dipikir istri dari kakakku robot? Inilah beberapa poin yang diperjuangkan oleh feminisme.
Feminisme tidak akan merebut posisi lelaki dalam rumah tangga. 

Kalian itu terlalu lugu, polos. Dan juga bodoh! Kalian pikir sitkom Suami-Suami Takut Istri benar-benar terjadi? Hahahaha, b-o-d-o-h. Mana ada suami yang rela ditindas oleh istri seumur hidup? Lelaki tidak akan melawan istri bisa dikarenakan sang suami memang salah. Bisa juga karena tidak ingin menambah emosi sang istri semakin menggunung. Karena terkadang wanita itu akan melahap apapun ketika mereka akan memasuki masa haid. Kalian yang bucin pasti akan langsung paham dengan apa yang saya maksud.

Narasi saya di atas memang berkaitan dengan pola pikir manusia, terutama manusia kolot nan goblok yang menentang feminisme tanpa mencari tahu apa itu feminisme yang sesungguhnya. Masyarakat kita ini terbiasa mikir belakangan, bertindak duluan. Hasilnya? Memalukan! Kalian boleh tersinggung dengan kalimat yang saya gunakan. 

Lalu apa? Kalian mau menghakimi pola pikir saya dalam menulis? Ngaca! Kalian saja tetap kekeuh mempertahankan pola pikir kalian sendiri, kok. Kalian itu terlalu sibuk mengurusi sesuatu yang bukan urusan kalian. 'loh, lalu kenapa diriku mengurusi pola pikir orang lain?". Ya terserah diriku, lah. Menulis itu kesukaanku. Apalagi nyinyirin orang lewat tulisan. Masih belum paham? Biar saya ulangi: di zaman pos-mo ini, tidak ada kebenaran dan kesalahan. Ambiguitas!

BAGIAN 2
Pada bagian ini aku ingin bercerita mengenai mulut-mulut setan yang senantiasa merusak logika manusia, melucuti nurani, hingga datangnya sebuah penyesalan. Aku akan mulai dari sebuah kisah tentang perjuang seorang manusia, yang mencoba mengingkari nalarnya sendiri. Katakanlah aku seseorang yang haus akan kasih sayang. Sikap serta perhatian telah aku berikan kepada seseorang yang lain, yang aku anggap sebagai kekasih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun