Mohon tunggu...
HMPSEP UNPAR
HMPSEP UNPAR Mohon Tunggu... Ilmuwan - Himpunan Mahasiswa Program Sarjana Ekonomi Pembangunan

HMPSEP

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Ketersediaan Pangan saat Musim Kemarau

30 Juli 2020   19:10 Diperbarui: 30 Juli 2020   19:13 2166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Ketersediaan Pangan saat Musim Kemarau (Dok: HMPSEP UNPAR)

Dengan mempertimbangkan perlambatan kinerja ekonomi akibat pandemi dan ancaman kekeringan yang diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa musim kemarau tahun 2020 berpotensi menjadi level intensitas kekeringan tertinggi dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Beberapa daerah yang diprediksi akan mengalami kekeringan tersebar di hampir setiap pulau besar di Indonesia. Prediksi intensitas kemarau dengan tingkat kekeringan tertinggi juga diperkuat oleh tren fenomena kekeringan global yang terus mengalami peningkatan sejak tahun 1950. 

Tren ini muncul sebagai dampak perubahan iklim akibat semakin tingginya intensitas emisi gas rumah kaca global (The New Climate Economy, 2018). Tingginya level kekeringan di musim kemarau tahun ini berpotensi menambah tekanan pada ekonomi dunia dan Indonesia serta akan mempengaruhi ketersediaan pangan, maka pemerintah Indonesia juga perlu memperhatikan pemenuhan ketersediaan pangan, khususnya kebutuhan pokok masyarakat khususnya di masa krisis pandemi COVID-19.

Perbandingan Kondisi Ketersediaan Pangan sebelum Pandemi COVID-19

Perbandingan Ketersediaan pangan sebelum adanya pandemi di tahun 2019 dalam kondisi aman dan stabil. Bahkan Menurut Agung Hendriadi Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP)  Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan hal itu dari hasil refleksi stabilisasi pasokan dan harga pangan di Toko Tani Indonesia Center (TTIC) karena kerjasama dengan Kementerian Perdagangan,  Bulog, Satgas Pangan dan lainnya. Kehadiran TTI Centre mampu menyediakan pasokan pangan dengan harga terjangkau sehingga membuat harga pangan stabil. 

Pasokan ketersediaan pangan pokok seperti beras, jagung, bawang daging, telur, gula, dan minyak goreng mengalami surplus. Stok beras akhir November 2019 sebesar 4,7 juta ton sangat mencukupi bahkan Kementan memprediksi stok bahan pangan pokok akan cukup sampai akhir 2020.

Bila dibandingkan dengan sekarang seperti Pada 7 Mei 2020 berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), beberapa komoditas pangan telah mengalami kenaikan harga rata-rata, khususnya komoditi pokok yang dijual di pasar tradisional. 

Beberapa komoditi yang mengalami tren kenaikan harga secara konsisten sejak pandemi antara lain; beras (2,1%), daging sapi (5,9%), daging ayam (27,4%), telur ayam ras segar (30%), bawang merah (26,3%), bawang putih (33,8%), cabai merah keriting (59,6%), dan minyak goreng curah (7%). Jika pemerintah tidak mengantisipasi kenaikan harga pangan tersebut, tentu masyarakat akan semakin terbebani dan perekonomian Indonesia berpotensi semakin melambat akibat penurunan daya beli. Bahkan sampai muncul isu akan terjadinya krisis ketersediaan pangan, akibat terbatasnya aktivitas produksi dan distribusi karena PSBB.

Bila dilihat dari neraca bulanan stok pangan telah terjadi defisit, tetapi hal tersebut dapat diatasi dari carry over sebelumnya. Seperti stok beras pada akhir Mei lalu sekitar 3,62 juta ton yang terdapat di Perum Bulog 1,46 juta ton dan memperhitungkan carry over surplus 2019, ada surplus beras sebesar 8,45 juta ton pada akhir Mei 2020. 

Ini Berdasarkan data surplus dan defisit beras kumulatif dari BPS, pada Januari-Mei 2020. Mencermati kondisi ini dan berdasarkan data tersebut, Kepala Kementan Agung meyakini jika ketersediaan beras nasional sampai akhir tahun 2020 diprediksi dalam kondisi cukup dan aman untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat di saat pandemi ini.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun