Pernahkah berpikir ketika kita berdoa kepada Tuhan, "Apakah iya Tuhan itu pasti mewujudkan doa hamba-Nya?".Â
Coba bayangkan ketika dalam suatu perlombaan, sebelum perlombaan dimulai setiap peserta berdoa dengan kesungguhan bahwa mereka ingin menjadi pemenang. Apakah bisa Tuhan mewujudkan semua orang menjadi pemenang? ini mustahil, karena perlombaan meniscayakan ada yang menang dan ada yang kalah. Bagi yang menang mereka akan bersyukur karena Tuhan telah mengabulkan doanya, sedang bagi mereka yang kalah bagaimana? Bukankah ini artinya Tuhan tidak mengabulkan doa peserta yang kalah? Bukankah ini artinya berdoa kepada Tuhan tidak ada jaminan dikabulkan?
Jika demikian, mengapa para guru agama itu selalu menebar keyakinan bahwa berdoa 'pasti' dikabulkan oleh Tuhan? Dalam kesempatan lain para ustadz itu sering memberikan jawaban bahwa doa yang tidak dikabulkan akan digantikan oleh Tuhan di akhirat kelak. Bukankah ini juga artinya doa tidak ada kepastian dikabulkan? karena dari sekian doa yang dipanjatkan, banyak diantaranya mengharuskan terwujud di dunia bukan di akhirat. Atau jawaban lainnya, "Doa kamu tidak dikabulkan karena kamu tidak yakin".
Jika dikatakan bahwa Tuhan bukan tidak mampu mewujudkan doa para peserta lomba tersebut. Tetapi masalahnya permintaan untuk 'menang' dari 'setiap' peserta merupakan sebuah kemustahilan untuk diwujudkan semuanya. Artinya sesuatu yang mustahil ada, tidak mungkin dipaksa ada, karena memang tidak ada, dalam konteks ini "meng-ada-kan kemenangan kepada setiap peserta yang berdoa minta kemenangan". Karena adanya 'menang' meniscayakan adanya 'kalah'. Jadi meminta mewujudkan sesuatu yang mustahil ada itu tidak mungkin.
Mari kita ubah dalam konteks yang berbeda. Ada ustadz yang bicara "Kalau kamu ingin mobil Toyota Alphard terbaru maka berdoalah mintalah kepada Allah dan baca sholawat, pasti Allah mengabulkan. Perbanyak sedekah, kalau kamu punya uang 100, sedekahkan semua yakinlah Allah pasti menggantinya menjadi sejuta".Â
Seandainya dari sekian hadirin yang mendengarkan, ada sebagian orang yang mengamalkan ucapan ustadz tersebut, dan terwujud permintaannya masing-masing. Bukankah seharusnya permasalahan kemiskinan di muka bumi ini dengan mudah bisa diatasi dengan doa? bukankah setiap orang miskin pasti pernah minimal sekali dalam hidupnya berdoa agar menjadi orang kaya? Tetapi nyatanya tidak ada perubahan, mereka tetap miskin.
Coba pikirkan jumlah hamba Allah yang berdoa di dunia itu milyaran, sangat amat dimungkinkan dalam waktu bersamaan ada doa-doa yang dalam mewujudkannya saling kontradiksi. Sehingga mengatakan apa yang diminta dalam doa 'pasti' diwujudkan secara absolut, kemungkinan besar mustahil.
jadi kaidah "Berdoa pasti dikabulkan" itu benar atau salah? Jika benar mengapa masih banyak orang yang kecewa dengan doanya yang tidak dikabulkan? Jika salah kenapa kalimat tersebut terus disampaikan? dan bagaimana seharusnya memaknai firman Allah dalam Al-Quran Surat Ghafir ayat 60 ud'uni astajiblakum? Atau jangan-jangan ada persepsi yang salah tentang makna doa?
APA ITU DOA
Syekh Said Ramadhan Al-Buthi ulama besar asal Suriah, menjelaskan arti doa yang sesungguhnya dalam bukunya Min Sunanillah Fi Ibadihi.Â