Saat berjumpa dengan perempuan yang aku kagumi dan rindukan hingga detik ini telah pamit permisi. Walau ia (perempuan) telah pergi tapi raga ini masih merindukannya (bukan curhat).
Saat ini diriku di selimuti kerinduan di dunia kesunyian.
Semuanya pergi tak ada yang menetap atau menemani melangkah. Wajarlah dia pergi secepat itu karena diriku tak mampu menjaganya dengan sebaik-baiknya dengan karakter yang sangat jauh berbeda dengan (tapi ada sedikit kesamaan).
Namun hanya sedikit kesamaan disitulah aku berpijak dan melanturkan janji akan saling menyempurnakan walau kita hanya manusia biasa berdua. Manusia yang sering khilaf, mencaci dan menertawakan manusia lainnya.
Aku bersyukur telah tertawa, berbagi kisah, melantunkan kasih dan melukisnya di bait puisi. Semuanya masih tersimpan di rak kenangan story hidupku yang berantakan.
Saat ini, kisahku dan kasihnya telah terputus namun saling menyapa tak masih berjalan lancar.
Semuanya berjalan sesuai waktunya di iringi tangisan hati di kesunyian hati yang merinti kasihnya. Aku bukan lelaki hebat, pejuang dan kesatria yang mampu menolong atau melindungimu di setiap situasi kamu hadapi. Aku hanya lelaki biasa yang normal sejak lahir hingga sekarang.
Kesunyian ini segeralah pergi dan datanglah kamu menuntaskan rindu sembari menatap senja dengan segelas minuman favoritmu dan melanjutkan kisah dan kasih kita berdua yang tertunda.
Semoga waktu yang tepat mempertemukan kita kembali.
Terimakasih kepadamu perempuan
Terimakasih pula kepada Sunyi
(Foto Ilustrasi tulisan ini)
Kisah akhir #titikmaret