Mohon tunggu...
Wandi Pahude
Wandi Pahude Mohon Tunggu... Lainnya - Lebih senang jalan-jalan.

Receh sekali.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cibiran Masyarakat di Tengah COVID-19

16 Mei 2020   19:52 Diperbarui: 17 Mei 2020   01:16 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

COVID-19 makin hari meresahkan masyarakat, tak terkecuali tempat dimana saya tinggal. Sebab, saat ini Provinsi Sulawesi Utara sudah mencapai angka 114 Pasien Positif COVID-19, jumlah sembuh 31 orang sedangkan yang meninggal sudah 6 orang (MANADOPOST.ID).

Hal tersebut tentu saja membuat masyarakat makin ketakutan, karena baru kemarin ketambahan 22 orang Positif dan hari ini ketambahan juga 9 orang dinyatakan Positif.

Angka-angka di atas tentu membuat kita ‘geger’, pasalnya peningkatan orang positif semakin pesat, saya pun ikut merasa ketidaknyamana atas kondisi ini.

Namun, ada hal yang bagi saya belum ‘tertata’ dengan baik mengenai Edukasi dari Pemerintah terhadap masyarakat dalam menyampaikan informasi berkaitan dengan COVID-19, memang untuk informasi-informasi mengenai Corona dapat di akses lewat internet, namun tidak semua kalangan yang bisa memakai handphone android.

Kenapa saya katakan bahwa Edukasi dari Pemerintah terhadap masyarakat dalam menyampaikan informasi tentang Corona belum ‘tertata’ dengan baik? Sebab, Pemerintah dalam hal ini (bagi saya) belum seutuhnya mengedukasi masyarakat soal informasi COVID-19. 

Memang kalau pengetahuan umum soal gejala COVID-19 hampir seluruh masyarakat sudah mengetahui hal tersebut. Tapi, bagaimana masyarakat berinteraksi dengan orang yang sudah dinyatakan ODP (Orang Dalam Pantaun)? Ini yang bagi saya belum ‘tertata’.

Ada beberapa kejadian di kampung saya, di Manado Kecamatan Tuminting Kelurahan Mahawu Lingkungan 4 tepatnya Ar-ridwan.

Pertama, kurang lebih 2 minggu yang lalu ada kasus salah seorang warga yang yang baru sampai di kampung ada riwayat perjalanan dari kota zona merah yaitu Jakarta, secara Protokol kesehatan dia harus di karantina 14 hari untuk memastikan kalau memang tidak terjangkit virus Corona.

Namun ada yang terasa ganjil bagi saya yaitu, cibiran-cibiran dari masyarakat terhadap orang tersebut yang membuat orang tersinggung, untung dia sudah terbiasa dengan cibiran-cibiran tersebut jadi tidak terlalu di respon.

Kedua, baru-baru ini hal yang sama terjadi pada kakek yang sudah lanjut usia. Si kakek punya riwayat penyakit yang menyerupai gejala virus Corona dan sempat masuk Rumah Sakit karena tiba-tiba pingsan (cerita masyarakat).

Masyarakat yang sudah mengetahui hal tersebut merasa terganggu akibat si kakek. Kemudian muncul informasi bahwa si kakek ini sudah masuk dalam ODP (Orang Dalam Pantauan) yang sampai sekarang saya tidak tau sumber yang mengatakan si kakek sudah ODP, entah pihak Rumah Sakit atau Pemerintah, tidak jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun