Mohon tunggu...
Historypedia
Historypedia Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Kompasiana Historypedia

Akun Kompasiana Historypedia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemerdekaan Ditumpas di Semarang

25 Februari 2021   14:32 Diperbarui: 25 Februari 2021   15:33 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pertempuran Semarang (Dok. Inspect History)

Merespon serangan Jepang ini, satuan-satuan BKR, polisi, dan pemuda melawan dengan sengit. Amarah pemuda pun meluap. Sekitar 25 pemuda Indonesia pun mengunjungi Penjara Bulu pada malam 15 Oktober¹¹. Di penjara itu, ada sekitar 900 tawanan Belanda¹¹, tetapi target para pemuda ini ialah ratusan tawanan sipil Jepang di sana² ¹⁰. Pemuda-pemuda itu kemudian membantai para tawanan Jepang tersebut¹ ¹⁰ ¹¹. Sekitar 100–150 orang Jepang tewas¹ ⁸ ¹⁰ ¹¹, puluhan hilang¹ ⁸, dan belasan luka-luka¹⁰.

Besoknya, pasukan Jepang akhirnya mencapai Penjara Bulu² ¹⁰. Kedatangan pasukan Jepang yang membasmi pemuda di Penjara Bulu segera disambut dengan sorak-sorai dari ratusan tawanan Belanda². Meski Anderson mencatat bahwa sepertinya keganasan Jepang meluap setelah mereka tahu akan pembantaian Penjara Bulu¹, menurut catatan Siong, tingkah laku Jepang sudah ganas sejak awal, walau tak semua tahanan mereka bunuh dan anak-anak serta remaja mereka lepas¹⁰.

Pertempuran terus berlanjut dengan sengit. Pada sore hari, 15 Oktober 1945, kurang lebih 600-an orang sipil Jepang dipersenjatai dengan bambu runcing dan diperintahkan oleh Kido untuk ikut bertempur¹⁰. Dalam waktu tiga hari, serangan Jepang cepat bergerak ke arah utara dan sukses menguasai sebagian besar Semarang¹¹. Selain membunuh banyak tawanan Indonesia, pasukan Jepang juga membakar Kampung Batik Wedusan, yang membumihanguskan 250 rumah¹¹. Membalas keganasan ini, para pejuang Indonesia balik membunuh puluhan atau bahkan ratusan warga sipil Jepang¹ ¹¹. Perlawanan BKR dan pemuda Semarang masih tetap berlangsung, sementara ratusan BKR dan pemuda dari berbagai arah mencoba mendobrak pertahanan pasukan Kido¹¹. Meski begitu, usaha-usaha ini dengan mudah dihambat dan dipatahkan di barat dan selatan Semarang oleh pasukan Jepang, sedangkan pertempuran berkecamuk dengan hebatnya di bagian timur dan timur laut Semarang, di mana BKR dan pemuda dari arah Demak dan Pati menyerang Semarang¹¹.

Negosiasi agar diadakannya suatu gencatan senjata antara pihak Indonesia dan Jepang sebenarnya telah diusahakan sejak 16 Oktober² ¹¹, tetapi terus-menerus gagal. Kegagalan ini disebabkan keinginan pihak Jepang agar pihak Indonesia menyerahkan senjata mereka kembali ke pasukan Jepang¹¹.

Tentunya pihak Indonesia tak sudi dan pastinya menolak¹¹. Penolakan ini lalu dibalas dengan ancaman Jepang, yakni bahwa mereka akan mengebom Semarang¹¹. Tidak diketahui apakah ini hanyalah gertak belaka atau ancaman nyata; tapi apapun itu, tiba-tiba, pasukan Inggris-India akhirnya mendarat di Semarang¹¹.

HMS Glenroy berlabuh di Semarang pada pagi hari¹¹, 19 Oktober 1945. Kapal Inggris (jenis Landing Ship, Infantry³) ini mendaratkan Batalyon 3/10 Gurkha³ yang dipimpin Kolonel Edwardes⁴. Kedatangan batalyon Inggris-India ini segera meredam pertempuran¹¹, yang kira-kira berhenti pada jam dua siang hari itu juga¹³. 

Keesokan harinya, konferensi antara pihak Indonesia, Jepang, dan Inggris di Hotel Du Pavilion akhirnya menghasilkan suatu kesepakatan gencatan senjata¹¹. Suatu pertemuan tambahan juga digelar pada 21 Oktober 1945, dengan kesepakatan kalo pasukan Jepang harus melepaskan seluruh tawanan Indonesia, dan pasukan Jepang di Semarang akan dilucuti oleh pasukan Inggris-India⁶.

Ratusan, dan ribuan, korban berjatuhan di kedua pihak. Berbagai sumber sepakat bahwa sekitar 2,000 pejuang dan rakyat Indonesia tewas¹ ⁵ ⁹ ¹³. Jumlah korban luka di pihak Indonesia tak pasti; walau, menilik dari proporsi korban tewas dan hilang terhadap korban luka di pihak Jepang, bisa diasumsikan bahwa ada setidaknya ratusan korban luka di pihak Indonesia. Kido Butai menaksir bahwa ada sekitar 40-an prajurit Jepang yang tewas, 40-an luka-luka, dan 210-an hilang¹⁰, sedangkan ada sekitar 140–250 tawanan sipil Jepang yang tewas, hilang, dan luka-luka¹ ¹⁰.

Semarang akan menjadi batu loncatan Inggris dalam mengamankan interniran Sekutu di Ambarawa dan Magelang⁴. Pasukan Jepang di Semarang di kemudian hari akan bertempur bahu-membahu bersama pasukan Inggris-India di Semarang, Magelang, dan Ambarawa² ³ ⁴ ⁸ ¹⁰. 

Dengan penguasaan Kido atas Semarang, kedatangan Inggris yang mengakhiri Pertempuran Lima Hari Semarang berarti Semarang langsung diduduki Sekutu tanpa ada perlawanan yang berarti. Hal ini memampukan gerakan Sekutu ke Jawa Tengah, seperti Magelang, Ambarawa, Banyubiru, dan Ungaran, serta

Referensi
1. Anderson, BRO, 1972. Java in a Time of Revolution, Occupation and Resistance: 1944–1946. New York: Cornell University Press.
2. Connor, SB, 2015. Mountbatten’s Samurai: Imperial Japanese Forces under British Control, 1945–1948 [Kindle]. Inggris: Seventh Citadel.
3. Kirby, SW, 1969. The War Against Japan, Volume V: The Surrender of Japan [Kindle]. Inggris: Her Majesty’s Stationery Office.
4. McMillan, R, 2005. The British Occupation of Indonesia 1945–1946. Oxon: Routledge.
5. Nasution, AH, 1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 1: Proklamasi, Bandung: DISJARAH-AD.
6. Nasution, AH, 1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 2: Diplomasi atau Bertempur, Bandung: DISJARAH-AD.
7. Ness, L, 2014. Rikugun: Guide to Japanese Ground Forces 1937–1945, Volume 1. Solihull: Helion & Company.
8. Remmelink, WGJ, 1978. “The Emergence of the New Situation: the Japanese Army on Java after the Surrender”. Militaire Spectator 147–2: 49–66.
9. Sedjarah Militer Kodam VII/Diponegoro, 1968. Sedjarah TNI-AD Kodam VII/Diponegoro. Semarang: Jajasan Penerbit Diponegoro.
10. Siong, HB, 1996. “The Secret of Major Kido; The Battle of Semarang, 15–19 October 1945”. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 152: 382–428. [doi: 10.1163/22134379–90003005].
11. Panitia Penyusunan Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang, 1977. Sejarah Pertempuran Lima Hari Semarang. Semarang: Suara Merdeka.
12. Post, P [penyunting], 2010. The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War. Leiden: Koninklijke Brill NV.
13. Purwantana, PK, 1976. “Segi Koordinasi Pertempuran Lima Hari Semarang”. Bulletin Yaperna, 3–15: 3–20.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun