Mohon tunggu...
Inovasi

Media Netral?

29 November 2016   13:52 Diperbarui: 29 November 2016   14:02 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hmmm…MEDIA NETRAL ???

Reshuffle kabinet beberapa bulan lalu menarik untuk disimak. Bagi saya yang menarik bukan pada jumlah rotasi posisi menteri yang banyak, atau tak ada menteri wanita yang diganti. Yang paling menarik adalah digantinya sosok menteri ESDM, Pak Sudirman Said, oleh Pak Arcandra Tahar.

Pergantian Pak Menteri Sudirman Said ini mengingatkan saya pada kejadi beberapa bulan lalu yang menghebohkan Indonesia, apa lagi kalau bukan “Papa Minta Saham”. Saat itu, bersama Pak Ma’roef Sjamsuddin, Pak Sudirman ini menjadi saksi pencatutan nama presiden untuk minta sebagian saham PT. Freeport. Tersangkanya ialah Bapak Setya Novanto, Mantan Ketua DPR dari Partai Golkar. Diindikasikan ada pelanggaran kode etik ketua dewan yang ikut campur dalam perbaruan kontrak PT. Freeport yang akan jatuh tempo pada tahun 2016 ini.

Kasus ini mencapai titik puncaknya saat siding kode etik yang dilakukan oleh MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) disiarkan secara langsung melalui televisi parlemen, diikuti banyak stasium tv swasta. Sebenarnya banyak sidang yag dilakukan MKD, Saat itu saya sedang menonton Pak Sudirman dan Pak Ma’roef menjadi saksi (Pak Novanto tidak disiarkan langsung).

Ketika menonton siaran langsung sidang ini, saya merasa ada keterpihakan beberapa stasiun televise yang menyiarkan langsung acara itu. Misalnya, Stasium televisi X cenderung memilih narasumber pendukung partai Pak Novanto. Sebaliknyam stasiun televisi Y cenderung memilih para pendukung lawan partai Pak Novanto. Tidak hanya itu pemilihan kata oleh para pembabwa berita pun seakan menguatkan keterpihakan stasiun televisi terhadap salah satu pihak. Saya sebagai penonton berita merasa digiring untuk menghakimi seseorang. Hal ini ternyata ditemukan juga jauh-jauh hari sebelumnya dalam sebuah penelitan yang mengkaji salah satu televisi berita nasional yang seringkali menunjukan sikap keterpihakan, dengan menggunakan banyak variasi kata dan metafora dalam pemberitaannya (Agung : 2010).

Sebenarnya apa maksud media menggiring khalayaknya pada perspektif tertentu ? Banayak kajian yang dapat digunakan untuk menebak tujuan media. Media dengan segenap ideologinya berkepentingan untuk mengarahkan masyarakat agar mereka berpikir dan bertindak sesuai apa yang dikehendaki. Media massa membangun citra publik tentang figur-figur politik. Media massa secara konstan menunjukan apa yang hendaknya dipertimbangkan, diketahui, dan dirasakan individu-individu dalam masyarakat.” Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa:

  • masyarakat pers dan media tidak mencerminkan kenyataan, mereka menyaring dan membentuk isu,
  • konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain.

Kembali pada kasus “Papa Minta Saham”, saya kebetulan mengabadikan tiga gambar dari siaran langsung sidang MKD. Tiga gambar tersebut saya dapatkan dari siaran TV One, MetroTV, dan KompasTV. Memang ketiga stasiun televisi ini termasuk yang menjadi rujukan pemberitaan di Indonesia. Dua stasiun televisi pertama yang saya sebutkan, seringkali sekali berseberangan pandangan. Saya mengamati perbedaan pandangan ini sejak zaman Pilpres pada tahun 2014 yang lalu. Ternyata ketika wacana yang menarik perhatian publik seperti kasus “Papa Minta Saham” terjadi, kedua stasiun televisi ini juga terlihat berseberangan lagi. Berikut ini beberapa gambar yang saya dapatkan melalui kamera ponsel saya (maaf kalau buram ya).

Pertama adalah gambar yang saya foto dari siaran langsung di TV One. Judul yang dipilih adalah: Menguji Kesaksian Sudirman. Kesan yang saya dapatkan dari judul ini adalah bahwa kesaksian Pak Sudirman perlu diuji karena bisa benar atau salah. Kalau diamati running text di bagian bawah (warna merah) bertuliskan “Sudirman akui dekat dengan Freeport Indonesia”. Saya merasa seakan digiring untuk memiliki persepsi bahwa Sudirman bersalah karena dekat dengan Freeport (yang memiliki citra buruk di sebagian kalangan masyarakat Indonesia seperti saya, karena cerita yang beredar mengenai pengerukan terhadap sumber daya alam di Papua).

Kedua, gambar dari siaran langsung MetroTV yang memilih judul “Mengadili Etika Novanto”. Stasiun televisi berita ini tampak berkebalikan dengan TV One. Saya mendapatkan kesan bahwa saksi, Pak Sudirman dan Pak Ma’roef, sudah hampir pasti benar. Yang salah di sini adalah Pak Novanto, Ketua DPR. Sehingga perlu diadili etikanya, karena mendekati komisaris PT. Freeport untuk meminta bagian saham.

Gambar ini adalah judul yang dipilih oleh Kompas TV: Kesaksian Sudirman di MKD. Saya melihat judul ini lebih bersifat deskriptif (alih-alih mengatakan lebih netral) dibandingkan kedua televisi sebelumnya. Entah bagaimana dengan pemirsa yang lain, judul seperti ini seakan mengatakan bagaimana stasiun televisi yang dimiliki oleh Kompas-Gramedia grup ini sedang membangun kredibilitasnya. Jadi jangan salahkan saya kalau pada akhirnya lebih sering menonton televisi ini dibandingkan televisi berita yang lain, hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun