Mohon tunggu...
Hiqma Nur Agustina
Hiqma Nur Agustina Mohon Tunggu... Dosen - Penulis, dosen, peneliti, penikmat sastra, dan traveler

Penulis adalah staf pengajar di English Department, Politeknik Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengakui Keberhasilan Orang Lain, Kenapa Tidak?

13 Januari 2020   08:27 Diperbarui: 14 Januari 2020   00:01 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto koleksi pribadi)

Tidak semua orang memiliki jiwa besar untuk mengakui dan mengapresiasi keberhasilan orang lain. Hal tersebut dipicu oleh faktor psikologis seperti tidak dapat menerima kenyataan bahwa orang lain sudah melakukan sebuah pencapaian tertentu sedangkan dirinya masih berada di level yang itu-itu saja. 

Tapi jika kita mampu melihat keberhasilan atau pencapaian orang lain sebagai sebuah pemicu untuk melakukan hal yang setingkat lebih baik dan bahkan bisa melebihinya seharusnya kita bersyukur. Karena kalau tidak bisa jadi kita gagal move on karena tidak ada role model yang menjadi sosok pendorong untuk berubah.

Prinsip hidup seperti peribahasa katak dalam tempurung cenderung menjadikan seseorang tidak berkembang, susah beradaptasi dengan lingkungan baru dan cenderung menarik diri. 

Alih-alih berusaha untuk melakukan perubahan yang ada malah cenderung jadi pribadi yang pesimis. Rasa pesimis ini yang kemudian punya andil menjadikan dirinya sebagai sosok yang rendah diri, tidak percaya diri dan yang terparah adalah selalu melihat segala sesuatu dari kacamata negatif.

Perlunya berteman dan berada di lingkungan yang positif menjadi sebuah keharusan. Lingkaran yang positif ini otomatis juga akan memberikan aura positif bagi seseorang. 

Bagaimana cara meninggalkan teman yang memiliki kecenderungan untuk berpikir dan berbicara negatif? Bisa jadi karena sudah berada dalam sebuah hubungan pertemanan yang lama maka akan susah untuk meninggalkannya. 

Namun, jika kita mampu berpikir positif dan realistis meninggalkan pertemanan yang cenderung memperberat langkah kita untuk berubah ke arah yang lebih baik tetap harus diambil. Bila tidak Anda akan selamanya terpuruk dan tidak dapat menentukan tujuan-tujuan baru dalam hidup.

Keberhasilan orang lain bukan sebuah ancaman bagi seseorang. Banyak para tokoh sukses atau public figure yang menceritakan proses panjangnya yang berliku untuk sampai di puncak anak tangga melalui sebuah buku. Tujuannya tentu saja untuk memberikan inspirasi kepada semua orang. 

Lalu apakah kemudian kita patut mencemburuinya? Tentu saja tidak. Pembaca yang baik akan berusaha mengambil sisi baik, menjadikannya teladan dan bila mungkin berusaha melakukan hal yang sama.

Kalau kita dapat melihat sisi baik seorang tokoh dan menjadikannya sebagai pelajaran hidup kita pun harus mampu melakukannya bila sosok yang berhasil itu adalah teman atau sahabat kita.

Pribadi yang mampu berpikir, bersikap dan berbicara positif dan mampu mengapresiasi keberhasilan atau prestasi orang lain adalah sosok yang akan dengan mudah menuai cerita suksesnya di kemudian hari.

Sebab sosok yang selalu melihat segala macam peristiwa dari sudut pandang positif memiliki keyakinan besar bahwa dirinya pun bisa melakukan hal yang sama. Pribadi yang berjiwa besar sangat menyadari tidak ada yang perlu ditakutkan atau dikhawatirkan dengan kisah sukses dan prestasi orang lain. 

Memberikan ucapan selamat dan mengapresiasi pencapaian orang lain adalah sebuah langkah indah positif yang menyehatkan jasmani dan rohani kita. Percaya saya deh.. karena saya pun berusaha melihat keberhasilan teman sebagi pemicu untuk melakukan hal yang sama dan kalau mungkin untuk melebihinya. 

Sulit? Dijamin tidak bila kita selalu membuka diri dan melapangkan dada. Ingat menjalin hubungan pertemanan itu jauh lebih bernilai manfaat dibandingkan dengan memupuk rasa iri hati dan dengki.

Yang perlu dihindari adalah bersikap tidak jujur dengan berpura-pura baik namun sejatinya tidak sama dengan yang ditampilkan di depan orang lain. Kita tentu saja tidak mau dicap sebagai pribadi yang munafik bukan.

Memang menjadi manusia yang ideal, baik luar dan dalam, berkata jujur dan apa adanya tidak mudah. Namun kembali lagi bila memang kita punya niat untuk memperbaiki diri tidak ada yang susah untuk dilakukan.

Selagi masih di awal tahun 2020, mari kita berbenah diri untuk selalu berpikir, bertindak dan berbicara POSITIF. Bulatkan niat dan tekad. Ingat yang positif akan selalu kembali positif ke kita. Jadi jangan biarkan pikiran negatif apalagi yang mengarah ke buruk sangka ada di dalam pikiran kita.

Hidup itu indah bila kita atur mindset kita untuk terus bersyukur.

Selamat mencoba!

Hiqma Nur Agustina
Malang, 13 Januari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun