Mohon tunggu...
Andreas Pasolympia
Andreas Pasolympia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Happiness Coach | Mindfulness | Communication | Human Development

Founder InnerPeace.id dan SangPemenang.com. Sejak usia 10 tahun mempelajari berbagai keilmuan Bathin Manusia. Memiliki berbagai sertifikasi kompetensi di bidang keilmuan barat seperti Hipnoterapi, Komunikasi, NLP, dan lain sebagainya. Serta juga mendalami berbagai keilmuan timur seperti Meditasi dan Ayurveda, dari berbagai guru di Tibet, India, dan Indonesia. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada dua website diatas. Demikian dapat dikatakan bahwa Andreas adalah penggiat Keilmuan Bathin dan Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Bebal, Perubahan dan Penderitaan

22 Maret 2016   14:38 Diperbarui: 22 Maret 2016   14:53 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto: Jabbar Ramdhani"][/caption][caption caption="Foto: Jabbar Ramdhani"][/caption]Siang ini saya batal mengikuti sebuah pertemuan, karena demonstrasi yang sedang terjadi meresahkan para pesertanya. Apa yang sejatinya terjadi ketika seseorang memutuskan untuk berdemonstradi dan bertindak anarkis ? Dari sudut pandang ilmu pikiran dan perasaan, sebetulnya sedang terjadi penolakan dan pergolakan dalam hatinya. 

Resistance of changes, pertahanan diri dari perubahan. Tentu ada juga demonstrasi-demonstrasi yang membawa manfaat bagi orang banyak, namun banyak pula demonstrasi-demonstrasi yang tak jelas ujung pangkal permasalahannya. Baik sopir taksi, penyedia jasa layanan transportasi online, maupun pemerintah tentu punya sudut pandangnya masing-masing. Agaknya setiap sopir taksi pribadi lepas pribadi juga punya sudut pandang yang berbeda, sesama komponen dalam pemerintahan pun juga sudut pandangnya berbeda. Di alam relatif ini, semuanya relatif, dan fitrah dari alam relatif adalah perubahan.

Barangsiapa menentang perubahan, ia akan menderita. Bahkan peribahasa lama mengatakan lebih kejam lagi. Ia akan binasa. Ya, tergerus oleh liarnya arus sungai perubahan. Saya selalu percaya, bahwa akar masalah dari segala penderitaan di dunia ini adalah kebodohan bathin. Bathin yang tertutupi oleh ilusi, bathin yang tak memahami bagaimana cara kerja semesta, dan berdamai dengan cara kerja tersebut. Bathin yang tidak tenang. Tentu solusi-solusi teknis masalah transportasi di Indonesia sangalah ada, dan bisa diupayakan.

Perbaikan regulasi secara bertahap, rekonsilitasi antara pihak-pihak, dan kesaling pengertian antara penyedia layanan dengan stakeholders. Namun ujung pangkalnya adalah tetap masalah mental, masalah bathin. Revolusi Mental, begitulah ujar Presiden Jokowi di saat masa pemerintahannya. Betul, sangat betul. Namun tentu melakukan itu dengan cara yang tepat tidaklah mudah.

Yang pertama dan terutama adalah dimulai dari ketenangan hati. Banyak-banyak berjeda, tarik nafas dan buang napas. Banyak-banyak menyadari present moment, saat berjalan, saat menyetir, saat mandi. Menyadari saat kini dan momen kini. Ketika bathin sudah tenang, maka kita akan secara alami memiliki mata pengertian.

Mengerti bahwa setiap fenomena dapat dilihat melalui berbagai sudut pandang, dan memahami relativitas segala sesuatu. Dengan mata pengertian, maka orang akan memahami hukum-hukum alam relatif ini secara alami, yaitu perubahan, interdependensi (kesalingtergantungan), dan tiada eksistensi. Dalam kasus ini, terutama perubahan.

Era berubah, semuanya berubah. Satu-satunya jalan untuk berjaya adalah dengan adaptif terhadap perubahan. Detik Anda pertama membaca tulisan ini hingga detik ini pun sudah terjadi perubahan besar pada keringat dan milyaran sel serta bakteri di tubuh Anda. Selanjutnya adalah interdependensi, bahwa segala sesuatu bersifat saling tergantung satu dengan lainnya. Semua bagaikan ombak-ombak yang mempengaruhi satu dengan lainnya.

Mengapa sopir taksi berdemo ? Ada yang karena dibayar, ada yang karena kesal. Mengapa kesal ? Karena pendapatannya berkurang. Mengapa berkurang ? Karena adanya penyedia layanan online. Mengapa ada penyedia layanan online ? Karena ada internet, inovasi, dan PlayStore. Mengapa ada PlayStore ? Dan seterus-seterusnya hingga tiada ujung.

Tiada yang personal, tiada yang eksis secara mandiri. Semuanya saling bergantungan antara faktor-faktor sebelumnya. Ketika orang sudah memahami ketidakpersonalan semua fenomena. Yang ada hanyalah damai, damai, dan damai. Proses negosiasi, lobby, dan diskusi antar pihak menjadi sangat mudah dilaksanakan ketika orang-orang yang terlibat telah memiliki kebijaksanaan semacam itu. Namun saya percaya itu bukan hal yang mudah. Mungkin yang dapat kita lakukan adalah melatih diri kita sendiri.

Mulai dari diri kita sendiri. "Kedamaian berawal dari diri saya..", kata pepatah kuno. Melatih diri kita sendiri, dan menyebarkan kedamaian di sekitar kita, dan bersama-sama kita lakukan yang terbaik untuk terwujudnya kedamaian dunia. Pada hakikatnya, semuanya sudah baik dan sudah ada pada tempatnya. Do the best, dan berdamailah dengan perubahan !

 

Salam Ajaib,

 

Andreas Pasolympia

www.SangPemenang.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun