Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Russia vs Ukraine: How Does It Affect The International Economy?

27 Maret 2022   17:00 Diperbarui: 27 Maret 2022   17:03 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tingkat inflasi dunia juga diproyeksikan mengalami kenaikan sebesar 3% pada tahun 2022 dan 2% pada tahun 2023. Selain itu, inflasi Rusia diproyeksikan akan melonjak lebih dari 20% pada tahun ini. Larangan ekspor dan impor akan berdampak negatif pada perekonomian jangka menengah dan jangka panjang yang menimbulkan inflasi dan penurunan daya beli sehingga berpotensi meningkatkan angka kemiskinan dan resesi yang dalam (Consultancy, 2022). Di sisi lain, berkurangnya pasokan minyak dari Rusia menyebabkan peningkatan harga tertinggi untuk minyak Brent sejak tahun 2014. Hal tersebut menyebabkan perubahan biaya bahan bakar di Amerika Serikat sehingga diproyeksikan inflasi dapat meningkat sampai 7,1% pada tahun ini dan 3,5% pada tahun 2023. Inggris juga diperkirakan mengalami kenaikan inflasi sebesar 5,3% pada tahun ini dan 2,7% pada tahun 2023.

Grafik 3 .Inflation  Cost akibat Perang di Ukraina (Liazde dkk, 2022)
Grafik 3 .Inflation  Cost akibat Perang di Ukraina (Liazde dkk, 2022)

Perdagangan Energi

Akibat perang ini, Amerika Serikat memberlakukan Perintah Eksekutif (Executive Order) yang melarang impor minyak, gas alam cair, dan batu bara dari Rusia (Biden, 2022). Di sisi lain, Uni Eropa belum mencapai keputusan final mengenai perdagangan energi dengan Rusia. Menargetkan embargo minyak dan gas Rusia adalah pilihan yang sulit bagi 27 negara Uni Eropa, yang bergantung pada energi Rusia. Menteri Luar Negeri Jerman menyatakan bahwa negaranya banyak mengimpor minyak Rusia tapi ada juga negara anggota lain yang tidak bisa menghentikan impor minyak (Baerbock, 2022). Beberapa yang lain berpendapat bahwa UE tidak dapat lagi menghindari langkah tersebut.

Krisis ini menyoroti keamanan energi Eropa. Hal ini menantang keamanan permintaan Rusia dan keamanan pasokan Eropa. Cara Eropa dan Rusia memecahkan problematika energi ini akan mempengaruhi struktur dan operasi pasar energi Eropa dan aliran energi global. Namun, pengaruh energi Rusia mungkin masih digunakan untuk menghalangi upaya meningkatkan keamanan Eropa hingga dekade berikutnya. 

Grafik 4. Impor Gas Uni-Eropa (Eurostat, 2022)
Grafik 4. Impor Gas Uni-Eropa (Eurostat, 2022)

Sebagian besar negara Eropa bergantung pada energi dari Rusia. Walaupun menyumbang kurang dari 2% dari produk domestik bruto dunia, Rusia merupakan pemasok minyak, gas alam, dan logam yang sangat vital bagi Eropa. Rusia mengekspor sekitar 23% gas alam dan 25% minyak dari total impor energi UE (Euriostat, 2020). Dalam hal keamanan energi Eropa, impor minyak Rusia tidak menjadi masalah kritis. Ada pasar global untuk sumber daya ini. Satu pemasok dapat digantikan oleh pemasok lain hanya dalam beberapa minggu atau bulan. Namun, distribusi gas alam terbatas pada jaringan pipa sehingga pasar cenderung bersifat regional. Ketika satu pemasok tidak dapat dengan mudah digantikan oleh yang lain, ada insentif untuk perilaku monopoli seperti yang dialami dalam konflik sebelumnya antara Rusia dan Ukraina.

Gambar 1. Tree Map expor mineral russia berdasarkan negara tujuan (Harvard Growth Lab, 2019)
Gambar 1. Tree Map expor mineral russia berdasarkan negara tujuan (Harvard Growth Lab, 2019)

Pendapatan mineral khususnya dari minyak dan gas menyumbang sekitar setengah dari pendapatan nasional Rusia di mana 70% diekspor ke Uni Eropa (HarvardGrwthLab, 2019). Kapasitas ekspor yang dimiliki Rusia didasarkan pada investasi besar dalam infrastruktur pipa dari Siberia barat hingga Eropa. Bahkan selama beberapa tahun krusial dalam Perang Dingin, impor gas Rusia terus mengalir ke Eropa barat. Ketergantungan Eropa dalam perdagangan energi sangat asimetris dan menguntungkan Rusia. Di bagian Eropa Tengah dan Eropa Timur, Rusia telah memanfaatkan pengaruh energi dalam hubungan bilateralnya. Salah satu contohnya adalah ketika Rusia menggunakan kebijakan harga yang berbeda dan diskriminatif untuk meningkatkan prospek investasi dalam infrastruktur pipa baru. Selain itu, Rusia mengancam pengurangan pasokan gas untuk mengadu domba negara-negara Eropa satu sama lain atau untuk mencapai tujuan kebijakan luar negeri lainnya. 

Gambar 2. Peta pipa gas Eropa (The Petroleum Economist Ltd, 2009)
Gambar 2. Peta pipa gas Eropa (The Petroleum Economist Ltd, 2009)
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun