Mohon tunggu...
Hilwa Azha
Hilwa Azha Mohon Tunggu... Editor - human

I'm human with XX chromosome who like write, read, and eat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Guru Tak Lagi Digugu dan Ditiru

6 Maret 2020   08:48 Diperbarui: 6 Maret 2020   08:51 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak yang berkata bahwa menjadi guru merupakan cita-cita yang mulia. Seorang guru bertugas untuk mengajarkan ilmu dan mendidik murid yang nantinya akan menjadi orang-orang sukses. Tapi ternyata, menjadi guru tidak semudah yang dibayangkan banyak orang. Banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi ketika memutuskan untuk menjadi seorang guru. Apalagi zaman sekarang, ketika digital sudah menguasai dunia. Untuk mengajarkan ilmu, mungkin digital akan sangat membantu para guru untuk menyebarluaskan ilmu. Tapi untuk mendidik karakter siswa, hal ini menjadi tantangan terbaru bagi para guru.

Zaman sekarang, banyak kasus di mana murid yang tak mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru dan berakibat hukuman yang diterima oleh sang murid. Salah satu contohnya adalah kasus di Bekasi di mana video viral yang di dalamnya merekam seorang guru yang sedang memukul muridnya. Video tersebut menimbulkan statemen bahwa guru tersebut berlaku kasar terhadap muridnya. Padahal pada kenyataannya, guru tersebut berlaku seperti itu bukan tanpa sebab. Sang murid terlambat pergi ke sekolah dan membuat sang guru memberikan hukuman kepada sang murid supaya sang murid menjadi lebih disiplin.

Atau contoh kasus di Malaysia di mana seorang guru yang menghukum muridnya berakhir dengan diberi hukuman oleh orang tua murid dengan merangkak di dalam ruangan kelas karena telah menghukum anaknya. Hal tersebut dilakukan oleh orang tua murid karena sang anak yang dihukum oleh guru tersebut jadi tidak mau dan takut untuk pergi ke sekolah.

Mungkin bagi orang tua zaman dulu, ketika anaknya dihukum oleh guru, maka mereka akan menghukum juga anaknya ketika di rumah. Karena menurut orang tua zaman dulu, ketika anak dihukum maka mereka telah membuat suatu kesalahan. Beda ketika zaman sekarang, di mana ketika anaknya bersalah dan dihukum, orang tua malah mengajukan protes dan membela anaknya habis-habisan walaupun tahu anaknya itu salah.

Kedua kasus tersebut menjadi hambatan guru untuk mendidik karakter siswa. Kasus pertama, tindakan yang dilakukan oleh guru dengan menghukum siswa yang terlambat benar, supaya siswa tersebut kapok mendapat hukuman dan tidak akan terlambat lagi ketika pergi ke sekolah. Tapi hal tersebut malah terhambat ketika ada seorang siswa yang memvideo kejadian tersebut dan berakhir guru tersebut yang dinonaktifkan.

Kasus kedua, ketika pemikiran orang tua murid berbeda dengan sang guru, maka ini juga menjadi hambatan guru ketika mendidik karakter anak. Guru di sekolah akan mendidik karakter anak dan menghukum anak ketika anak melakukan kesalahan yang melanggar peraturan. Tetapi orang tua sang anak terlalu memanjakannya dan berakhir anak tersebut menjadikan orang tua sebagai tameng sehingga anak tidak bisa bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri dan menyebabkan orang tua membela habis-habisan sang anak walau pun sang anak salah.

Bayangkan ketika guru tak lagi digugu oleh sang murid, ketika profesi guru berakhir hanya dengan sebuah video viral, dan ketika harga diri guru diinjak-injak dengan adanya hukuman dari orang tua siswa yang membela anaknya yang salah, maka akan bagaimana ke depannya masa depan penerus bangsa ini? Kalau hal ini terus-terusan terjadi, maka jangan mengaharapkan penerus bangsa yang sukses dengan karakter yang baik.

Karena seharusnya jika ingin mengaharapkan penerus bangsa yang sukses dengan karakter yang baik maka pelajar harus menuruti apa kata guru, karena guru tidak mungkin memberi ajaran yang buruk. Pemikiran guru dengan orang tua siswa seharusnya sejalan, orang tua siswa jangan terlalu memanjakan siswa yang menyebabkan mental siswa lemah dan terlalu bergantung pada orang tua. Maka dengan begitu penerus bangsa ini akan memiliki karakter yang baik dengan mental yang kuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun