Halo para pembaca sekalian! Mungkin kalian masih sedikit asing dengan istilah Call Of The Void, jadi mari kita mengenalinya terlebih dahulu.
Sebelumnya, pernahkah kalian memiliki pikiran untuk menyakiti atau mencelakai diri sendiri meskipun akhirnya tidak dilakukan? Contohnya seperti ini.
Ketika sedang mengendarai motor, muncul pikiran “Kalau aku tabrak kendaraan yang di depan bagaimana, ya?”
Ketika sedang mengiris bawang di dapur, terlintas pikiran “Kalau jarinya dipotong kira-kira bagaimana?”
Ketika sedang menyeberangi jembatan lalu menengok ke sungai yang mengalir di bawah jembatan, muncul pikiran “Jika aku lompat saja bagaimana, ya?”
Nah, jika kalian pernah memiliki pikiran tersebut, itu artinya kalian pernah mengalami pikiran Call Of The Void, yang dalam bahasa Perancis disebut “L’appel du Vide” yang memiliki arti “Panggilan Kehampaan”. Karenanya, tanpa disadari pikiran-pikiran untuk mencelakai diri sendiri sering muncul. Mungkin terdengar menakutkan jika memiliki pikiran seperti itu, namun nyatanya pikiran seperti ini sudah sering terjadi.
Jujur, saya sendiri pun kerap muncul pemikiran-pemikiran seperti itu, terutama ketika sedang berada di ketinggian, tak jarang saya seperti ‘mendengar’ suara aba-aba yang menyuruh saya untuk terjun bebas ke bawah, meskipun akhirnya saya tidak melakukannya dan justru melangkah mundur. Dan tentu saja, pemikiran ini terdapat penjelasan ilmiahnya.
Menurut studi yang dilakukan seorang Assistant Clinical Profesor di Depaartment Psychology dari Florida State University yang bernama Jennifer Hames, Call Of The Void adalah sebuah pemikiran yang ‘unik’ untuk menghargai kehidupan.
Dan perlu diingat bahwa hampir sebagian atau sekitar 50% orang yang memiliki pikiran Call Of The Void ini tidak memiliki kecenderungan untuk mengakhiri hidup, maka dari itu, Call Of The Void ini tidak melulu disangkut-pautkan dengan tindakan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
Dilansir dari kumparan.com, Jennifer menjelaskan bahwa orang yang mengalami pemikiran seperti itu belum tentu ingin mengakhiri hidupnya. Sebaliknya, pemikiran tersebut mencerminkan adanya keinginan untuk hidup.