Mohon tunggu...
Hilmy Prilliadi
Hilmy Prilliadi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Prospektor, Thinker

Master student enrolled in Agricultural Economics Department of Atatürk Üniversitesi Turkey.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Konsep Pembangunan Modern Harus Berpusat pada Alam

31 Juli 2020   23:29 Diperbarui: 31 Juli 2020   23:37 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: alison.com

Tulisan ini adalah artikel lanjutan dari "Pemikiran Berbasis Alam" yang sudah saya publikasikan sebelumnya.

Pengembangan nature-based solutions (NBS) sebagai pendekatan konseptual baru untuk koneksi manusia dengan ekologis dapat dilihat sebagai hasil dari perkembangan konsep evolusi.

Meskipun tulisan ini membahas pemikiran kontemporer tentang kota yang berkelanjutan, kita tidak boleh mengabaikan karya penting Ren Descartes yang mempromosikan apa yang kemudian dinamai metode Cartesian, dan memperkenalkan dualisme tidak hanya tubuh dan pikiran, tetapi juga alam dan budaya.

Dualisme ini telah dominan sejak saat itu, dan tetap menjadi landasan pemikiran ketika konsep keberlanjutan dikembangkan pada 1980-an (Pereira dan Funtowicz, 2015). Pendekatan keberlanjutan terus membedakan alam, manusia, dan ekonomi di mana mereka inovatif dalam menimbang kebutuhan alam sama dengan kebutuhan sosial dan ekonomi manusia.

Selain itu konsep ecosystem service (ESS) adalah cara untuk menggambarkan dan mengatur manfaat yang didapat manusia dari alam ('hadiah alam untuk kita'). Konsep dan pendekatan itu cenderung berurusan dengan, dan berhubungan dengan menemukan cara untuk mengatasi tantangan urbanisasi dengan menggunakan dan 'memobilisasi' alam.

Pengembangan konsep-konsep ini menunjukkan pola yang jelas: penamaan dan pembingkaian hubungan kita dengan alam serta solusi yang diajukan semakin terfokus pada nilai-nilai instrumental alam: apa gunanya bagi saya dan bagi kita?

Pengantar konsep pembangunan berkelanjutan adalah revolusioner dalam arti bahwa ia berpendapat bahwa keberlanjutan dan pembangunan (ekonomi) secara intrinsik terkait satu sama lain.

Hal ini dapat dilihat sebagai awal dari proses instrumentalisasi, dan pada akhirnya teknokratisasi dalam membingkai isu-isu keberlanjutan. Meskipun konsep IPBES tentang "Kontribusi Alam kepada Manusia" (Daz et al. 2018) menjauh dari interpretasi teknokratis nilai alam, fokusnya tetap pada nilai-nilai instrumental.

Baru-baru ini, konsep ESS, Modal Alam dan Kontribusi Alam untuk Manusia telah dikritik karena cita-cita teknokratis mereka tentang pengetahuan, standardisasi, dan hubungan sains-masyarakat, untuk cara mereka menggabungkan alam dan teknik, serta untuk kuantifikasi mereka dari nilai-nilai tersebut (Turnhout et al. 2013; Schrter et al. 2014; Bekessy et al. 2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun