Tidak dapat dipungkiri bahwa sosok pendakwah (tokoh agama) menjadi agen yang dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Pendakwah mendapat apresiasi dan kedudukan tinggi dalam suatu tatanan masyarakat. Contoh saja, saat musim kontestasi politik:
"Pak, Buk, mau milih siapa nanti di pemilu?"
"Manut Kiai, mbak"
Hal tersebut membuktikan bahwa tokoh agama seperti pendakwah menjadi patokan dalam berperilaku masyarakat bahkan terkadang menjadi hukum tersendiri dalam masyarakat.
Akan tetapi, hal tersebut menjadi masalah ketika pendakwah atau tokoh agama menyampaikan ceramah dengan tema-tema seksis, patriarkis, dan misoginis. Tema-tema tersebut bahkan menjadi tema umum dan masyarakat menganggapnya sebagai tema yang normal dan wajar disampaikan oleh para pendakwah.
Penulis sering mendengarkan ceramah pagi yang disiarkan melalui radio. Sang pendakwah berkata, "istri harus manut suami, kalau suami minta dilayanin ya dilayanin (sex), kalau suami pulang kerja langsung dilayanin dengan baik jangan cemberut, paham buk?"
Atau
"Perempuan lebih baik di rumah, tidak bekerja, bahwa pekerjaan perempuan paling mulia adalah menjadi istri dan ibu yang baik" dan lain-lain.
Well, itu salah satu dari sekian materi pendakwah yang cukup membuat penulis geram dan sakit hati. Materi pendakwah seperti brain washing bagi masyarakat awam. Masyarakat awam akan mengira bahwa Tuhan melalui kitabNya menyuruh perempuan tidak layak bekerja di luar rumah, istri harus menuruti apapun perkataan suami tanpa membantah, istri harus siap siaga melayani suami (sex), dan banyak lainnya. Yah, tanpa sadar hal tersebut membuat budaya patriarki semakin langgeng di Indonesia, dan apakah benar Tuhan memerintahkan begitu?
Terdapat banyak perempuan yang sedang berjuang bekerja as single parent, perempuan yang berjuang dengan kasus pemerkosaan istri, kasus kekerasan dalam rumah tangga, kasus pemerkosaan dan pencabulan perempuan di bawah umur, kasus human trafficking, pelecehan perempuan di ruang publik, banyaak lagi. Sedangkan di lain sisi, dengan santainya masih terdapat ceramah-ceramah agama yang bernada seksis, patriarkis, dan misoginis yang mengalir dengan tenang tanpa sadar dengan efek pelanggengan budaya patriarki.