Mohon tunggu...
Hilmi Inaya
Hilmi Inaya Mohon Tunggu... Penulis - connect with me: hilmiinaya4@gmail.com

Write what do you want, what do you think, what do you feel, and enjoy it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ceramah Agama dan Pelanggengan Budaya Patriarki

4 Maret 2021   14:38 Diperbarui: 4 Maret 2021   14:46 1955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.walpaperlist.com/2019/12/gambar-animasi-orang-ceramah.html

Tidak dapat dipungkiri bahwa sosok pendakwah (tokoh agama) menjadi agen yang dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Pendakwah mendapat apresiasi dan kedudukan tinggi dalam suatu tatanan masyarakat. Contoh saja, saat musim kontestasi politik:

"Pak, Buk, mau milih siapa nanti di pemilu?"

"Manut Kiai, mbak"

Hal tersebut membuktikan bahwa tokoh agama seperti pendakwah menjadi patokan dalam berperilaku masyarakat bahkan terkadang menjadi hukum tersendiri dalam masyarakat.

Akan tetapi, hal tersebut menjadi masalah ketika pendakwah atau tokoh agama menyampaikan ceramah dengan tema-tema seksis, patriarkis, dan misoginis. Tema-tema tersebut bahkan menjadi tema umum dan masyarakat menganggapnya sebagai tema yang normal dan wajar disampaikan oleh para pendakwah.

Penulis sering mendengarkan ceramah pagi yang disiarkan melalui radio. Sang pendakwah berkata, "istri harus manut suami, kalau suami minta dilayanin ya dilayanin (sex), kalau suami pulang kerja langsung dilayanin dengan baik jangan cemberut, paham buk?"

Atau

"Perempuan lebih baik di rumah, tidak bekerja, bahwa pekerjaan perempuan paling mulia adalah menjadi istri dan ibu yang baik" dan lain-lain.

Well, itu salah satu dari sekian materi pendakwah yang cukup membuat penulis geram dan sakit hati. Materi pendakwah seperti brain washing bagi masyarakat awam. Masyarakat awam akan mengira bahwa Tuhan melalui kitabNya menyuruh perempuan tidak layak bekerja di luar rumah, istri harus menuruti apapun perkataan suami tanpa membantah, istri harus siap siaga melayani suami (sex), dan banyak lainnya. Yah, tanpa sadar hal tersebut membuat budaya patriarki semakin langgeng di Indonesia, dan apakah benar Tuhan memerintahkan begitu?

Terdapat banyak perempuan yang sedang berjuang bekerja as single parent, perempuan yang berjuang dengan kasus pemerkosaan istri, kasus kekerasan dalam rumah tangga, kasus pemerkosaan dan pencabulan perempuan di bawah umur, kasus human trafficking, pelecehan perempuan di ruang publik, banyaak lagi. Sedangkan di lain sisi, dengan santainya masih terdapat ceramah-ceramah agama yang bernada seksis, patriarkis, dan misoginis yang mengalir dengan tenang tanpa sadar dengan efek pelanggengan budaya patriarki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun