“Lieuuurrrr klo bru liat bgini mah… klo mang jadi sosialisasinya kudu pooll2n,,secara orng Bogor klo baru liat begini juga pasti keder mw kmn2,,, makin banyak angkot — makin banyak daerah yg terjangkau,,tapi semoga jumlahnya juga dihitung lah pak wali,,jgn smp overload..blm lgi skrng ada angkutan online yg fleksibel,,nah itung itungan jmlah kudu tepat jg…. rute2 baru beberapa ad yg kaya’y ruas jalannya masih sempit,,,dikondisikan lah. cc pak wali Bima Arya” tulis netizen di laman Facebooknya.
Pandangan serupa juga diutarakan Sekjen Puslitbang Pelatihan dan Pengawasan Kebijakan Publik (P3KP) Rudi Jaenudin. Menurut Rudi, rencana Pemkot Bogor memindahkan angkot ke pingiran kota tidak bisa main-main. Apalagi, ini menyangkut hajat hidup sopir angkot.
“Artinya pemerintah tidak bisa seenaknya memindahkan angkutan begitu saja ke pelosok. Jangan sampai rencana ini hanya memindahkan kemacetan dari pusat kota ke pinggiran,” katanya.
Ia pun menyoroti soal infrastruktur jalan di Kota Bogor yang cenderung sempit dan bergelombang. Rudi khawatir, penyebaran angkot ke kampung-kampung hanya menimbulkan masalah baru.
“Sekarang begini, kondisi jalan di kota itu tidak seperti kabupaten. Di kota itu jalannya sempit. Enggak dimasuki angkot saja sudah padat, gimana kalau disesaki angkot. Jangan-jangan tambah semrawut,” cetusnya.
Untuk itu, selama enam bulan ke depan ia berharap pemerintah bisa meyakinkan warga Bogor jika kebijakannya melakukan penggeseran angkot adalah solusi tepat.
“Jangan seperti SSA, kasihan sopir penghasilannya berkurang. Sudah gitu, macetnya juga sama di pinggiran,” sindirnya.
Salah satu infrastruktur jalan yang dianggap bakal menimbulkan kemacetan panjang yakni Jalan Empang yang akan dilintasi trayek 01 Jurusan Cipinang Gading- Perumahan Yasmin. Selain jalannya sempit, kontur jalan juga bergelombang hingga kemacetan tak terhindarkan.
Menjawab itu, Tim Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan (TP4) Yayat Supriatna mengatakan, penataan transportasi perlu dilakukan secara bertahap. Menurutnya, dengan masuknya angkot ke kampung akan menumbuhkan roda perekonomian yang ada di pinggiran. Sehingga, Kota Bogor bisa ramai sampai ke wilayah pelosok.
“Paradigmanya harus diubah menjadi positif. Justru dengan angkot ke kampung-kampung nantinya seluruh wilayah di Kota Bogor bisa jadi perkotaan. Dan, ini juga menambah jangkauan pelayanan angkot dari semula 45 persen jadi 80 persen,” terangnya.
Soal infrastruktur jalan, Yayat mengatakan jika pemerintah secara bertahap akan membangun struktur jaringan jalan dan jaringan angkutan. “Memang pemerintah agak telat mmebangunnya. Tapi, tentu pembangunan struktur jalan ini pun telah direncanakan. Hanya waktunya saja bertahap,” tandasnya.