Mohon tunggu...
hilman lemri
hilman lemri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Membaca menghapus kesedihan, menulis membuka kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati-hati dengan Prank

6 Mei 2020   09:38 Diperbarui: 6 Mei 2020   09:39 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya seringkali geleng-geleng kepala ketika melihat konten prank di Youtube. Sebab, prank yang berarti olok-olok, gurauan, kelakar atau memperdayai, ternyata sukses menyedot perhatian masyarakat kita. 

Terbukti, orang yang menonton konten prank di Youtube berjumlah ratusan ribu bahkan jutaan. Sementara jika konten-konten 'mencerahkan' seperti pendidikan, kebudayaan dan semacamnya lebih sedikit penontonnya. 

Dan kita melihat ini sebagai sesuatu yang lumrah karena masyarakat punya dalih butuh hiburan. Terlihat sangat menyedihkan, memang. 

Hanya saja, akhir-akhir ini netizen benar-benar dibuat kaget dengan konten prank yang ditunjukkan oleh Ferdian Paleka di Bandung. Di konten Youtube-nya, Ferdian memberikan sembako kepada Waria dan bocah-bocah tapi sembako yang dibungkus oleh dus mie instan itu berisi sampah. 

Sontak netizen marah dan menganggap Ferdian tidak berperikemanusiaan karena Ferdian dianggap tidak tahu diri karena Indonesia sedang berduka karena sedang menghadapi pandemic Covid-19 dan dalam bulan suci Ramadan ini.

Tidak tahan dengan kelakuan Ferdian, polisi dan warga bahkan menggeruduk rumah Ferdian sehingga membuat Ferdian kalang kabut. Ferdian buru-buru minta maaf di akun Instagramnya tapi ternyata minta maafnya Ferdian itu pura-pura dan bersifat prank pula. 

Sebagai netizen, saya terwakili dengan orang-orang yang menggeruduk rumah Ferdian itu. Yang memberi pelajaran kepada Ferdian, bahkan memberi peringatan kepada Youtuber yang sangat gemar membuat konten prank.

Lantas, apa salahnya dengan prank? Itu kan Ferdiannya saja karena sudah keterlaluan. Ya, sekilas memang tidak ada yang salah dengan prank. Tidak melanggar hukum negara. Itu adalah bagian kreativitas. 

Namun, tahukah kamu bagaimana perasaan ketika seorang ojek online kena prank? Prank Gagal order? Prank suruh bawa mayat? Mungkin saja sedih hatinya. Sementara sebagai manusia bukankah kita dituntut untuk tidak menyakiti orang lain? 

Sudah barangtentu pula dengan adanya peristiwa prank Ferdian yang menuai kecaman hilang juga dunia prank di Indonesia. Prank masih ada, tetapi seperti kata Anji di akun Youtube-nya, ketika kita hendak ngeprank, bagaimana caranya agar tidak merugikan orang lain.

 Oya, selain tidak merugikan, bagaimana caranya juga dari konten prank itu bisa mengedukasi bahkan menginspirasi orang untuk berbuat sesuatu yang baik-baik saja. Itulah PR besarnya bagi Youtuber prank.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun