Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais Belajarlah dari Polemik Partai Demokrat

7 Maret 2021   00:52 Diperbarui: 7 Maret 2021   01:48 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendiri Partai Ummat, Amien Rais. Foto:Kompas.com

Bagi simpatisan Amien Rais di partai PAN, setidaknya berharap bahwa setelah gagal di partai berlogo matahari terbit, dan kembali berkiprah dengan partai Ummat, tentu dari sisi pengelolaan partai jauh lebih baik dari sebelumnya, yaitu sejak dia berada di partai PAN. 

Dan, salah satu yang diharapkan publik khsususnya yang menaruh simpati terhadap partai Ummat yakni penentuan ketua umum serta komposisi kepengurusan di tingkat pusat hingga daerah, dapat diisi oleh kaders partai yang tidak hanya memiliki kompetensi dan elektabilitas yang baik, namun di samping itu harus memiliki komitmen politik yang kuat untuk membesarkan partai. 

Sejak berada di PAN dan kenal sebagai tokoh pendiri, Amien Rais memang dikatakan sebagai tokoh politik yang sangat hati-hati dalam mengambil keputusan, hal ini seperti dia ungkapkan saat diwawancarai Majalah Ummat, no.7, tahun IV, 24 Agustus 1998, dengan judul "Dr. M. Amien Rais: Era Baru, Butuh Wahana Baru," Seputar Keputusan Amien Rais untuk mendeklarasikan partainya sendiri, Partai Amanat Nasional (PAN). 

Katanya, dalam menentukan langkah politik, dia tidak cepat mengambil keputusan, dan terkesan lamban, tapi bukan lantaran sebagai seorang peragu atau pembimbang. Namun, dia melihat masalah, supaya mengalami krsitalisasi lebih dahulu, baru setelah itu melangkah. 

Sikap kehati-hatian inilah, sehingga semula dia diajak bergabung dengan Partai Bulan Bintang (PBB) maupun partai PPP, namun dia enggan menerima pinangan tersebut dan lebih memilih membuat partai baru yaitu Partai Amanat Nasional (PAN). 

Karena, menurutnya gambaran di PPP saat itu tidak mulus, ada semacam resistensi karena di PPP terdapat banyak tokoh dari kalangan NU, sehingga kehadirannya mungkin tidak diterima dengan ramah seratus persen. 

Begitu pun sama halnya dengan dinamika politik yang terjadi di PAN, perseteruan Amien Rais dengan Zulkifli Hasan, yang berakhir dengan wacana pembentukan partai baru, yang kini diwujudkan menjadi partai Ummat. 

Tentu, seperti ide awal pembentukan partai PAN, partai Ummat pun dapat diasumsikan bahwa berangkat dari ijtihad politik Amien Rais -- ingin bersama partai dengan platform perjuangan yang segar, dengan tujuan membawa Indonesia ke kesejahteraan sosial, keadilan bagi seluruh rakyat, dan menjadikan masa depan sebagai masa-masa pencerdasan kehidupan bangsa, seperti tercantum dalam amanat UU 1945. 

Nah, terkait sikapnya yang sangat hati-hati dalam mengambil keputusan, maka hingga kini publik pun belum dapat menerka, sikap politik Amien Rais dalam menentukan siapa yang bakal mengisi kursi ketua umum Partai Ummat. 

Sebab, ketua umum merupakan jabatan stategis pada partai yang menentukan keberlangsungan partai. (baca: konflik partai politik). Walaupun, posisi calon ketua umum partai Ummat, masih sebatas wacana, namun setidaknya isyarat yang dapat ditangkap dari wacana yang berkembang, sosok ketua Umum partai Ummat bakal diisi oleh figur muda. 

Dan, figur muda tersebut tentu memiliki integritas pribadi yang baik dan komitmen yang jelas terhadap partai, serta berwawasan yang jauh ke depan dalam pengelolaan partai dan tentunya memperoleh akseptabilitas secara politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun