Selain Arema FC, Persipura Jayapura memutus kontrak kedua pemain asingnya yaitu Sylvano Comvalius dan Arthur Cunha dengan alasan yang sama yakni renegoniasi kontrak.Â
Begitu pun juga dengan Persik Kediri, Nicola Asceric dan Ante Bakmaz menolak kontrak mereka direvisi dan alasan ketidakjelasan kompetis sehingga memilih pergi.
Bukan hanya Arema FC, Persipura dan Persik Kediri saja yang ditinggal para legiun asingnya, Tetapi beberapa klub juga bernasib sama, walaupun beragam alasan yang melatari kepergian mereka. Namun, pada prinsipnya terkait ketidakjelasan kompetisi dan kontrak.
Para legiun asing tersebut seperti Petteri Pennane (Persikabo), Rafael de Olivera (Persela Lamongan), Hussein Eldor (PSM Makassar), Paulo Sergio (Bali United), Mateo Bustos (Persita Tangerang), Yasir Pinto (Barito Putra) dan Emmanuel Oti Essigba (Madura United). Tentu, hengkangnya pemain asing dapat mempengaruhi atmosfir pertandingan dan bahkan membuat sang juru taktik menjadi pusing.
Pasalnya, sejak bergulirnya kompetisi pada maret lalu, ditambah strategi yang diterapkan dengan adanya pemain asing, sudah semakin menyatuh dengan pemain lokal. Dan tiba-tiba mereka meninggalkan klub, secara otomatis mempengaruhi taktik permainan, terlebih pemain asing baru yang didatangkan nanti harus membutuhkan waktu untuk adaptasi.
Selain hengkangnya pemain asing, satu kerugian yang dialami klub yaitu tidak ada pemasukan seperti tiket penonton pada  setiap pertandingan, sehingga klub merasa kesulitan finansial, hal ini seperti dirasakan Borneo FC.Â
Dikutip DeskJabardotcom dari laman resmi klub, Manajer Borneo FC mengatakan keputusan menunda kompetisi hingga 2021 klub tengah mengalami kerugian besar, sehingga ia meminta PSSI dan  PT. LIB sebagai operator kompetisi, membantu finansial klub.
"Dengan keputusan resmi ini, klub mengalami kerugian cukup besar. Makanya kami meminta PSSI dan PT.LIB bisa membantu finansial klub-klub yang sedang mengalami kesulitan ini", ujar manajer Borneo FC Farid Abubakar.
Yang disampaikan manajer Borneo FC, sebenarnya merupakan representasi dari kegalauan para manajer klub liga 1 dan  2 di tahun 2020. Sehingga, diharapkan PSSI dan PT. LIB mengambil keputusan demi menyelamatkan klub, terlebih sepak bola Indonesia di masa pandemi ini.Â
Walaupun, ada kucuran dana dari PT. LIB untuk mengatasi hal itu. Namun, terasa sulit lantaran bukan hanya klub liga 1 saja yang meminta "dilayani", tentu seluruh klub liga 2 juga ingin mendapat jatah dana operasional klub dari PT LIB.
Selain klub mengalami kerugian, tentu berdampak pada semua pemain dan para official pertandingan, sehingga sejumlah pemain memilih banting setir menjalani bisnis untuk menghidupi keluarga, begitu pun juga dengan wasit seperti dijalani Oki Dwi Putra, wasit berlisensi FIFA, yang memilih menjadi penjual buah.Â