Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Menyelamatkan Koran dari Kiamat

5 Januari 2016   09:58 Diperbarui: 2 Januari 2018   21:10 20525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartun kematian satu demi satu media dan teknologi lama. (sumber: loo.me)

Mari renungkan ini dulu. Mengapa bukan Rupert Murdoch yang mendirikan The Huffington Post? Mengapa raksasa telekomunikasi AT&T tidak membuat Twitter? Mengapa bukan Yellow Pages yang membuat Facebook? Mengapa bukan NBC yang membuat Youtube?

MEMBERI TEMPAT BAGI YANG TAK TERDENGAR

Tahun 2005 Arianna Huffington melobi Arthur Schlesinger Jr, wartawan peraih Pulitzer, untuk menulis di The Huffington Post. Blog keroyokan dari Amerika Serikat yang biasa disebut Huffpo itu baru memulai debutnya. 

Arianna ingin setiap orang berkontribusi mempublikasikan tulisan di Huffpo, apalagi seorang dengan reputasi besar seperti Arthur. Tapi Arthur malah bertanya, "Apa pula itu blog?".

Sebagai wartawan berusia 89 tahun, Arthur mengaku bisa menggunakan komputer. Namun ia tak tahu apa-apa soal blog. Ia bertanya apakah bisa mengirim tulisan ke Huffpo lewat faksimili.

"Aku tak peduli kau mengirimkan tulisanmu lewat faksimili atau burung merpati. Pokoknya tulisanmu harus ada di Huffpo. Kami ingin mendengar suaramu," kata Arianna kepada Arthur.

Dua minggu kemudian, dari Yalta Arthur mengirimkan tulisannya ke Huffpo saat ia ikut rombongan Presiden George W Bush. Isinya tak hanya reportase, tapi juga analisa dan opini soal Bush yang ia sebut terdelusi atas Konferensi Yalta 1945. Tulisan Arthur menjadi salah satu capaian terpenting bagi Huffpo di masa-masa rintisan.

6 tahun sejak kelahirannya, Huffpo sudah memiliki 12.000 jurnalis warga (citizen journalist), 3.000 kontributor tetap, dan 150 staf. Sedikitnya ada 2 juta tulisan yang dimasukkan setiap bulan. Tahun 2011 raksasa American Online (AOL) mengakuisisi Huffpo dengan nilai $ 315 juta atau Rp 4,4 triliun dan mendudukkan Arianna sebagai Pemimpin Redaksi sekaligus CEO. 

Setahun kemudian Huffpo menjadi media digital pertama di Amerika Serikat yang meraih Pulitzer sebagai penghargaan tertinggi di bidang jurnalistik. Hingga sekarang Huffpo adalah salah satu media kunci di AS yang berpengaruh besar dalam politik, ekonomi dan sosial.

Di Indonesia, kita punya Kompasiana, blog crowdsourcing kesayangan kita ini. Dengan 300.000 pengguna terdaftar, 700 artikel tayang per hari dan 18 juta pengunjung per bulan, Kompasiana menjadi salah satu media kunci di jagad informasi di negeri ini. Popularitas dan pengaruhnya sudah sampai ke Istana. Berkali-kali pula menjadi sumber informasi pertama peristiwa-peristwa besar di Indonesia.

"Kami memberi tempat bagi mereka yang tak terdengar," ujar Arianna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun