Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Arkademi Menguji Celah Ilmu Pengetahuan

19 Oktober 2017   15:14 Diperbarui: 19 Oktober 2017   15:40 1978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Celah ilmu pengetahuan yang hendak diuji Arkademi. (dok Arkademi)

Nilai Arkademi tak hanya terletak pada 'WHAT' (apa) yang diajarkan, tapi juga 'HOW' (bagaimana). Soal 'What', Arkademi akan fokus pada pengajaran kewirausahaan kecil dan menengah, bahkan untuk calon wirausahawan, dalam memulai dan mengembangkan usaha. Saya percaya bahwa makin banyak wirausahawan, makin baik pula dunia ini. Sementara masa-masa awal memulai usaha adalah masa yang kritis dan rentan. Saya ingin agar Arkademi bisa membantu mereka dalam menghadapi dunia yang menawarkan begitu banyak peluang sekaligus VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity).

'HOW' pada Arkademi terletak pada bagaimana sesuatu itu diajarkan. Arkademi akan menggunakan pendekatan 'militer' di atas. Peserta akan dilatih untuk memecahkan masalah nyata dengan berbagai skenario dunia nyata. Keterampilan itu yang hendak ditanamkan bahkan sebelum masalah itu datang. Diharapkan, keterampilan dalam memecahkan masalah dapat membuat peserta Arkademi makin percaya diri dan mantap dalam memulai dan mengembangkan usahanya.

Menghadirkan pengalaman (exprience) untuk memenuhi hal di atas bukan hal mudah buat saya. Apalagi saya bukan guru atau pendidik profesional. Tak pernah belajar teori soal pendidikan. Kalau Arkademi ditentang pendidik profesional, saya tak persiapkan bantahan apapun. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya seorang pembelajar awam yang merasakan masalah dalam metode pendidikan dan mencoba untuk memecahkannya secara mandiri. Saya hanya orang biasa yang ingin membantu orang lain dalam belajar kewirausahaan.

Menghadirkan 'HOW' itu memerlukan pendekatan baru pada konten. Saya tak bisa menggunakan pendekatan mainstream seperti hanya konten video atau text block. Harus benar-benar baru. Karena itu, di kelas perdana Arkademi dengan tema Menguji Ide, Produk, dan Pasar, bentuk konten yang saya pilih adalah jalan cerita mengalir dan interaktif. Peserta diminta untuk membantu seorang karakter fiksi memulai usaha kecilnya di bidang kuliner. Mirip permainan petualangan. Di tiap seri disajikan berbagai kuis skenario dunia nyata. Lewat konten story telling dan kuis real world scenario itu saya menguji pendekatan baru dalam 'HOW'.

BELAJAR DARI SESAMA

Ada nasehat begini: tiap peristiwa adalah ilmu, tiap tempat adalah sekolah, tiap orang adalah guru. Nasehat ini melahirkan hipotesis baru bagi saya. Yakni menguji 'WHO' (siapa) dalam dunia pembelajaran.

Benar bahwa 'Tiap orang adalah guru', terlebih di era keterhubungan seperti saat ini. Kita bisa belajar dari siapapun. Saya bisa tahu dan belajar banyak dari teman-teman saya di Facebook atau blog crowd source. Para guru-murid ini -- mungkin kita sendiri adalah guru di mata orang lain -- perlu mendapatkan ruang untuk memberikan dan mendapatkan pengetahuan lebih baik agi. Mereka sampai saat ini berkumpul di tempat-tempat dengan penuh keterbatasan seperti grup Facebook atau grup WA/Telegram. FB atau WA adalah communication based platform dengan fungsi yang generik (umum). Banyak limitasi dalam memberikan pengalaman pembelajaran yang baik untuk output yang lebih maksimal. Misal membuat kuis, memberikan tugas, atau membuat pembahasan spesifik mengenai tema tertentu melalui forum. Masalah ini akan diselesaikan oleh Arkademi sebagai social learning platform yang memiliki skalabilitas sangat tinggi dalam mengembangkan teknologi dan fitur-fitur yang diperlukan untuk menciptakan cara pembelajaran yang lebih baik.

Arkademi adalah platform atau ruang tempat bertemunya pengajar dan peserta didik. Yang keduanya bisa siapapun. Berbeda dengan massive open online course (MOOC) lain yang para mentor umumnya adalah dosen atau profesional high profile. Tapi tidak dengan Arkademi. Siapapun yang berniat menjadi pengajar kewirausahaan atau hal-hal yang berkaitan dengan itu (keterampilan tertentu, misal membuat kue), sangat boleh membuka kelasnya sendiri. Pengajar juga bisa memanfaatkan Arkademi untuk kepentingan ekonominya dengan cara menarik iuran dari peserta didik. Gratis pun apalagi, sangat boleh. Arkademi saya lahirkan dengan niat untuk membantu orang lain, bukan untuk membuat diri saya sendiri kaya raya (dan saya bukan orang kaya).

Jadi, bila seseorang saat ini bisa menciptakan kesejahteraannya lewat perdagangan barang secara online, harusnya begitu juga dengan jasa pendidikan. Siapapun yang merasa bisa jadi pendidik dan pengajar karena pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kebijaksanaan mereka, bisa menciptakan kesejahteraan dari sana. Arkademi menciptakan ruang itu. Seberapa bagus seorang mentor yang menentukan adalah peserta didik sendiri lewat rating, ulasan, dan berapa orang peserta yang bergabung ke kelasnya.

Dengan demikian, Arkademi berada pada two sided market, atau pasar dua sisi. Kekuatannya terletak crowd (kerumunan), yakni pada mentor dan peserta didik, atau stake holder lain. Arkademi akan menjalankan tugas dan fungsinya sebagai network orchestrator.

***

Dunia ini adalah taman bermain bagi mereka yang terampil. Lewat Arkademi, saya hendak ikut ambil bagian dengan mengirimkan lebih banyak orang ke taman itu. Arka adalah cahaya atau matahari dalam bahasa Sansakerta. Semoga Arkademi bisa membawa terang bagi banyak orang. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun