Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengapa Usaha Kreatif Gagal dan Pendekatan Baru Mengatasinya

24 Mei 2017   13:25 Diperbarui: 24 Mei 2017   18:21 2427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Antara Foto

6. TUMBUH DAN UKUR
Bisa jadi ini pekerjaan yang paling membosankan, paling rumit, tapi sekaligus paling penting. Bila tak bisa diukur, berarti bukan bisnis. Bisnis selalu harus bisa diukur dan dihitung. Kita jelas punya target usaha di awal, tugas kita selanjutnya adalah mendekatkan nilai riil yang kita dapat dengan nilai ideal (target) yang kita tetapkan di awal. 

Acuannya hanya 3: pertumbuhan, kecepatan, dan efisiensi.

Mulailah dengan target pertumbuhan, jangan kuantitas. Bila memulainya dengan angka volume, maka kita akan terjebak dalam batch besar. Yang penting adalah usaha yang bertumbuh, dan pertumbuhan itu terjadi dalam kecepatan yang tepat. Misalnya target kita dalam setahun adalah mencapai pertumbuhan rata-rata per bulan 10%, ini sudah baik. Bila kita memulainya dari volume 100 unit, maka bila di bulan ke-2 terjual 110 unit berarti kita sudah mencapai kecepatan yang benar. Bila ternyata pertumbuhannya tak sesuai target atau kecepatannya melambat, berarti ada yang salah dan mesti segera kita tangani.

Salah satu cara meningkatkan laba adalah menekan biaya. Upaya menekan biaya harus menjadi pekerjaan yang berkelanjutan. Tak hanya menyingkirkan biaya yang tak berdampak langsung pada keberhasilan produk, tapi juga memaksimalkan hasil pada setiap sumberdaya yang kita miliki. Misal, kita bisa mengganti kemasan produk yang lebih efisien tapi tak mengurangi nilai di mata konsumen. Atau, bila kita memiliki anggaran beriklan di media, kita bisa menghapusnya dengan cara memanfaatkan dan mengoptimasi media sosial. 

Dalam melakukan efisiensi biaya ini, ingatlah Prinsip Paretto 80-20. 20% komponen pada produk menghasilkan dampak 80% pendapatan. Namun 80% komponen sisanya hanya berdampak 20% pendapatan. Artinya, yang kecil ternyata menghasilkan yang besar, dan yang menghabiskan yang besar hanya menghasilkan kecil. Dengan demikian kita bisa memangkas yang 80% dan mengoptimasi yang 20%.

7. DAYA TAHAN
Pebisnis kecil juga seringkali hanya sibuk dengan hari ini, tapi tidak memetakan apalagi merancang masa depan. Proyeksi bisnis paling jauh yang biasa kita buat adalah ketika mencapai titik impas, 2-3 tahun. Kita seringkali tidak bertanya apa yang terjadi dengan bisnis kita 10 tahun mendatang? Pertanyaan ini sulit dijawab, tapi mudah dikhayalkan.

Sulit dijawab karena banyak faktor yang mesti diperhitungkan. Munculnya kompetitor baru, pembajakan, perubahan perilaku konsumen, teknologi baru, situasi ekonomi, hingga kebijakan pemerintah (Jokowi salah lagi). Kalau dipikir dengan serius, jawaban-jawaban ini malah bisa membuat gentar yang akhirnya kita enggan memulai usaha. Mudah dikhayalkan karena kita hanya punya skenario sukses --- kawin lagi tadi itu.

Saya mengajukan pertanyaan kepada kawan saya yang ingin berbisnis suvenir tadi: bila sampai sekarang belum ada suvenir dengan brand kuat di Balikpapan, mungkin karena belum ada yang mengujinya sehingga belum tervalidasi. Karena belum tervalidasi, orang enggan bermain di situ. Tapi bila kamu mengujinya lalu ternyata tervalidasi dan produkmu sukses, pasti pemain lain bermunculan, baik yang resmi atau yang membajak produkmu. Bahkan bisa saja pemain China datang meniru produkmu dan membanjiri pasar dengan harga lebih murah. Apa yang akan kamu lakukan? Apa yang memastikan bahwa bisnis atau produkmu ini punya daya tahan minimal 10 tahun ke depan?

Dia belum tahu jawabannya. Kalau kita juga diberi pertanyaan begitu, mungkin juga susah menjawabnya. 

Ketika hampir semua hal mungkin dibuat, maka begitu juga replikasi. China membuktikannya, dan mereka punya model produksi dan model bisnis yang sangat andal untuk kegiatan ini. Desain, bentuk, tampilan, kegunaan, rasa, semua bisa direplikasi -- bahkan ketika sudah dipatenkan sekalipun. Yang hampir tak mungkin direplikasi adalah nilai (value). Karena nilai dibangun melalui visi yang kuat dan kultur yang ditempa terus-menerus. Nilailah yang akhirnya memberi pengalaman berbeda-beda pada setiap produk. Kita bisa membuka gerai ayam goreng dengan resep KFC yang bertebaran di internet. Tapi kita tak bisa mereplikasi visi, nilai dan kultur KFC. Karena setiap bisnis itu unik dan mampu mengantarkan pengalaman yang berbeda. Ketika bisnis kita tak memiliki visi dan acuan nilai, kita tak memiliki daya saing yang bisa membuat usaha kita berkelanjutan.

Hal ini tampak pada bisnis waralaba yang (pernah) subur di Indonesia. Orang-orang berlomba menciptakan warlaba mulai dari keripik, es cendol, sampai kebab. Pokoknya semua diwaralabakan. Pada akhirnya kita melihat waralaba kecil berbentuk kios-kios itu bertutupan. Karena yang diandalkan hanya produk, sementara setiap produk punya siklus hidup. Mereka tidak memberikan nilai, karena nilai itu mesti ditempa dalam waktu yang tidak singkat. Sementara setiap bisnis waralaba bahkan langsung ekspansi di hari pertama mereka mulai tanpa sempat menciptakan nilai yang memastikan usaha mereka berkelanjutan.

Ingat selalu bahwa kita ingin membangun usaha yang berkesinambungan, bukan yang 1 tahun tutup. Untuk mencapai kesinambungan dan kelanjutan itu, kita mesti punya visi kuat sebagai bekal menciptakan nilai. Contohlah Dagadu. Kaos mereka dibajak habis-habisan. Dagadu marah, tapi tidak bangkrut, makin hari makin maju. Karena daya tahan mereka tidak terletak pada kata-kata atau kualitas kaos -- sesuatu yang sangat mudah direplikasi. Tetapi dari daya kreativitas yang mengantarkan nilai dan pengalaman yang tak bisa diberikan para pengekor. Anda tak bisa mencontek daya kreatif, karena ia bermula dari visi kuat, penempaan dan pembelajaran yang terus-menerus. Tak ada mesin yang bisa mereplikasi itu semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun