Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengapa Perusahaan Gagal Berinovasi?

23 Mei 2017   12:50 Diperbarui: 23 Mei 2017   13:46 4608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar via cgsociety.org)

Ada satu kompetensi vital yang tak dimiliki perusahaan besar: self-disruption (mendisrupsi diri sendiri). Hampir mustahil ada perusahaan besar yang mau menganibal produk mereka sendiri yang sekian lama menjadi revenue center dengan produk baru hasil inovasi. Meskipun produk lama itu basinya bukan main dan pembelinya terus menurun.

Bisnis media cetak adalah salah satu contohnya. Mereka tetap memilih bertahan dan menyiksa diri sendiri meski tahu usianya tinggal sesaat -- atau bersikeras berdelusi masih akan hidup 1.000 tahun lagi. Padahal berbekal kompetensi, mereka bisa beralih ke produk dan model bisnis lain seperti media online. Tapi mereka menolak karena mungkin lebih baik mati dibanding berubah menjalani yang tak pasti.

Tidak kompetennya perusahaan dalam self-disruption juga tampak jelas di industri otomotif. Puluhan tahun kendaraan listrik tak punya perkembangan berarti, sementara mobil berpembakaran terus diproduksi. Di sisi lain mereka cukup cerdas untuk mengembangkan mobil listrik dan tahu bahwa akan tiba masanya mobil berpembakaran tak dipakai lagi. Tapi mereka tak mampu mengkanibal diri sendiri. Sehingga kita tak mungkin berharap ada inovasi yang signifikan atas kendaraan listrik dari perusahaan otomotif mainstream. Sampai akhirnya seorang mantan inovator dalam dunia fintech bernama Elon Musk masuk ke gelanggang meciptakan mobil listrik Tesla yang sangat revolusioner baru-baru ini. Kepada Tesla sekarang dunia berharap revolusi dan pembauran mobil listrik, bukan kepada Toyota, Honda, Ford, atau Mercedes.

Bila kita berharap perusahaan besar dalam industri lama bisa melakukan inovasi, bersiaplah kecewa. Alasannya sederhana, karena struktur keuangan korporasi bertentangan dengan inovasi. Sebuah perusahaan bisa sukses karena mereka mengoptimasi rutinitas dalam market yang relatif stabil. Bukan karena mereka secara berkelanjutan mengganti yang lama dengan yang baru, atau menghilangkan produk lama yang sudah memberi keuntungan hanya karena 'sudah tiba saatnya'. Perusahaan berargumen bahwa mereka selalu melakukan proses re-engineer atau re-invent, yang semua itu membuat mereka makin tidak dekat dengan inovasi yang sesungguhnya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun