Mohon tunggu...
Hilman Danil
Hilman Danil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca adalah kunci untuk membuka pintu kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Dalam Tradisi Ruwatan Desa di Desa Jatisari Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

24 Juni 2022   10:30 Diperbarui: 24 Juni 2022   10:39 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Tradisi dan budaya masyarakat Jawa tidak hanya memberikan warna dalam percaturan kenegaraan, tetapi juga berpengaruh dalam keyakinan dan praktik-praktik keagamaan. Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa meninggalkan tradisi dan budayanya, meskipun terkadang tradisi dan budaya itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tradisi ruwatan dilakukan sebagai suatu permohonan agar manusia diselamatkan dari gangguan dan bencana yang mengancam hidup dan kehidupannya. Tradisi ruwatan juga bukan tradisi yang bertentangan dengan agama Islam, karena penggunaan media seperti dupa, air yang ada filosofi tersendiri yang pada kesimpulannya adalah sesaji sebagai bentuk persembahan. Persembahan dalam arti yang berbeda dengan persembahan kepada Tuhan yang bukan Allah pada zaman sekarang. Agar kegiatan ruwatan tidak dilupakan, maka dihadirkan sebuah penelitian kebahasaan terkait makna kata ruwatan. Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan. Data dikumpulkan dari sejumlah sumber seperti hasil penelitian, jurnal, seminar, dan buku. 

 

A. Pendahuluan

Indonesia pada dasarnya memiliki keanekaragaman suku bangsa yang melahirkan bermacam-macam budaya. Setiap bangsa memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya. Kebudayaan tersebut juga menjadikan masyarakat sebagai media pelestarian kebudayaan yang dimiliki suatu bangsa. Kebudayaan ini beraneka ragam bentuk dan jenisnya. Masing-masing kebudayaan menempati wilayah tertentu yang sesuai dengan adat istiadat, tradisi, dan nilai budayanya. Salah satunya adalah dalam masyarakat terdapat tradisi ritual yang dipercaya dan akan membawa mereka dalam menata kehidupan untuk yang lebih baik. Hal ini digunakan untuk menjaga kepercayaan agar adat yang telah menjadi kebiasaan dan memberikan identitas tersendiri bagi masyarakat setempat juga terjaga.

Agama dan budaya menjadi akulturasi yang banyak terdapat dalam tradisi di Indonesia. Ada beberapa cara yang dapat yang dipakai dalam memandang hubungan agama dan budaya, hubungan antara keberagamaan dan kebudayaan. Pertama, melihat agama sebagai menghargai budaya sebagai sumber kearifan. Kedua, melihat budaya sebagai warisan hikmah ketuhanan yang diturunkan lewat nabi-nabi yang di utus Tuhan sepanjang sejarah umat manusia.

Agama mayoritas masyarakat Indonesia ialah Islam, maka tidak heran banyak akulturasi budaya yang terjadi antara tradisi Indonesia dengan agama Islam. Akulturasi antara Islam dengan Budaya Nusantara ini dibawa oleh Walisongo dan para pendakwah setelahnya dengan teologi Hinduisme yang telah tertanam dalam budaya pemikiran bangsa Nusantara sebelumnya.

Salah satu tradisi yang masih dilakukan di Nusantara yaitu Ruwatan, Ruwatan merupakan tradisi adat Jawa yang memiliki keunikan sendiri atau berbeda dengan tradisi-tradisi di daerah lainnya. Ruwatan merupakan suatu tradisi budaya peninggalan nenek moyang sejak zaman dahulu. Tradisi ini secara turun temurun dilestarikan oleh para pendukungnya dengan berbagai motivasi dan tujuan yang tidak lepas dari pandangan hidup masyarakat Jawa pada umumnya. Seperti halnya di beberapa daerah di kabupaten Jember terdapat tradisi Ruwatan. Tradisi dan budaya adalah darah daging dalam tubuh masyarakat di manapun berada. Sehingga ketika tradisi dan budaya tersebut terakomodasi dalam suatu agama, akhirnya ajaran agama itu sendiri muncul juga sebagai hal yang mendarah daging dalam suatu komunitas masyarakat.

Pengertian ruwatan dalam bahasa Jawa Kuno, ruwat berarti lebur (melebur) atau membuang, ruwatan adalah salah satu cara untuk melepaskan diri dari dominasi energi negatif yang dalam bahasa Jawa Kuno disebut dengan Sengkala dan Sukerta. Orang yang diruwat adalah orang yang mengikis energi negatif (kesialan) berupa sengkala dan sukerta yang melekat pada dirinya, yaitu diri setiap orang sebagai efek dari dosa dan kesalahan. Tradisi upacara Ruwatan dilatarbelakangi oleh usaha penolakan terhadap suatu peristiwa yang telah dipercayai akan membawa petaka ataupun bencana bagi kelangsungan hidup diri dan keluarga dalam masyarakat. Maka dari itu, usaha untuk menghindari atau menanggulangi malapetaka tersebut diadakan upacara (ritual) penangkal (tolak bala) yang disebut dengan nama Ruwatan.

Peneliti merasa prihatin terhadap ketidakpedulian generasi muda Jawa terhadap tradisi-tradisi leluhur mereka, sehingga diharapkan dengan adanya penelitian seperti ini generasi muda tergugah untuk melestarikan kebudayaan daerahnya yang telah diwarisi secara turun temurun oleh nenek moyangnya. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu ruwatan dalam rangka memyambut tahun.baru Hijriah di dusun Krajan desa Jatisari kecamatan Jenggawah kebupaten Jember. Ruwatan didesa ini dilakukan setiap tanggal 1 Muharram.

Ruwatan ini di bagi menjadi beberapa tahap. Yang pertama, yaitu pada sore hari pada pukul 14.30 WIB. Acara pertama ini ialah arak-arakan atau karnaval mengelilingi desa dengan pakaian layaknya JFC di Jember dan tidak lupa terdapat sebagian bapak-bapak ada yang membuat gunung-gunungan yang terbuat dari bambu dengan di kelilingi hasil panen desa mulai dari macam-macam buah hingga macam-macam sayuran sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang di peroleh para petani . da juga uang kertas yang dipasang mulai dari 2.000 hingga 100.000. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun