Mohon tunggu...
Hilma Fauziah
Hilma Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - Hilma

Hil

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ibuku yang Sangat Hebat

14 Februari 2021   18:34 Diperbarui: 14 Februari 2021   18:38 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hallo! Aku Hilma Fauziah, aku sekarang berumur 17 tahun dan duduk di kelas 3 sma, aku bersekolah di sman 1 padalarang. Aku anak kedua dari dua bersaudara,Aku terlahir dari keluarga yang sangat amat sederhana, tetapi berkat keringat kedua orangtuaku, alhamdulillah setiap yang di butuhkan dapat untuk di beli. Aku sangat salut kepada ibu walaupun ayah mencukupi untuk biaya kehidupan sehari hari tetapi ibu tetap ingin mencari uang seperti ayah. Ibu saya mencari uang sejak kaka saya masih kecil sampai sekarang saya berumur 17 tahun.
Ibu saya sangat hebat bisa sekaligus menjadi ibu rumah, pergi subuh untuk berjualan pulang siang dan langsung beres beres rumah dan menjaga anaknya, itu yang di lakukan terus menerus sampai aku dan kakaku sudah beranjak dewasa.Dulu ibu saya pernah cerita ketika kedua orangtua saya sedang berada di titik paling bawah. Dengan keadaan rumah masih ngontrak sampe sampe terkadang ada ular yang masuk ke dalam rumah pada saat kakanya saya masih bayi. Pada saat kejadian itu ibu lagi di rumah sendiri, kebetulan ayah dulu seorang penjual kerupuk keliling, dan saat itu ayah sedang berjualan.
Dari kejadian itu ibu saya lbu saya mempunyai keinginan untuk berjualan di pasar. Akhirnya ibupun cerita kepada ayah dan ayahpun menyetujuinya. Ayahpun mengumpulkan sisa uangnya untuk modal dari hasil jualan kerupuk keliling. Akhirnya uangpun sudah terkumpul dan ibupun mulai berdagang dengan barang seadanya dan tempatpun seadanya, walaupun dengan segala seadanya ibu tidak menyerah dan masih sangat sangat semangat, ayahpun masih melanjuti pekerjaannya untuk berjual kerupuk keliling tetapi seiring waktu berjalan ayahpun memutuskan untuk berhenti berjualan kerupuk terus melanjutkan usaha bareng ibu.
Pada saat berdagang alhamdulillah banyak sekali orang orang baik yang bantu ibu salah satunya yang berjualan tepat di depan tempat ibu berjualan. Beliau orang yang sangat baik hati sekali bahkan sudah seperti sodara. Ibu saya pun sering ikut ke kampung halaman beliau begitupun sebaliknya. Namanya juga sedang usaha berjualan tidak setiap hari rame, ayahpun sempat ingin berhenti berusaha dan melanjutkan untuk berjualan kerupuk keliling tetapi ibu terus meyakinkan tetep berjualan di pasar tetapi ibu pun sambil jualan cemilan jaman dulu nama cemilannya namanya "kue cuhcur".
Setelah keadaan ekonomi membaik kedua orangtua saya memutuskan untuk pindah rumah dan membeli tanah kosong untuk membuat rumah, alhamdulillah nya orangtua saya di pertemukan sama orang yang baik hati sekali. Setelah beres bangun rumah orang tua saya di kasih rezeki lagi untuk membeli jongko walaupun ya ga besar tapi setidaknya udah engga hampar lagi. Alhamdulillah untuk pertama kalinya orang tua saya membeli mobil untuk belanja berjualan. Lama kelamaan pasar mulai sepi. Tetapi sodara saya menawarkan toko untuk berjualan di pasar yang jaraknya jauh dari rumah. Awalnya ayah ga setuju tetapi setelah lama kelamaan ayahpun setuju dengan keadaan ekonomi yang sedang kurang baik. Akhirnya orangtuapun berjualan di pasar tersebut dan usia saya pada saat itu masih 2 tahun dan kaka saya sudah duduk di sekolah dasar. Pada saat itu kaka saya di rumah sendiri ketika orangtua saya pergi jualan karena orang tua saya berangkat jam 5 subuh. Untungnya kaka sudah mengerti bagaimana saja untuk menyiapkan sekolah. Dan sayapun pada saat itu masih di ajak ajak kepasar.
Alhamdulillah hari demi hari keadaan ekonomi membaik, pada saat umur 3 tahun aku sudah jarang sekalih di ajak kepasar karna sudah ada yang ngasih da kaka sayapun sudah tidak sendiri lagi untuk menyiapkan keperluan sekolah. Karena dari subuh sampe sore saya dan kaka saya tidak bersama orang tua, waktu mandi sore saya dan kaka saya mandi di waktu yang bersama lalu kamipun untuk berlomba-lomba keatas untuk ganti baju, kebetulan di situh kami berdua tidak terlalu di perhatikan oleh yang mba.Akhirnya saya jatoh dan terpentok kena tangga, lalu mba saya menelfon orangtua,orangtua sayapun langsung pulang, disitu ibu saya merasa bersalah banget, setelah kejadian itu ibu saya selalu pulang cepat untuk bersama anaknya. Karena saya susah banget makan,kalau ga di suapin sama ibu selalu gamau makan. Ibu saya selalu menyempatkan waktunya untuk mengurus saya, setelah pulang berjualan ibu saya langsung mengurus saya. Memandikan,nyuapin makan sambil jalan jalan, karena di sekeliling rumah saya banyak anak yang seumuran saya.
Pada saat itu keadaan ekonomi saat saat menurun, adik adik dari ibu sakit, ibu pun harus mengurusnya mereka karena tidak ada lagi yang harus ngurus, nene sayapun pada saat itu lagi ngurus kake saya yang lagi sakit. Tidak lama kemudian kake saya meninggal, tetapi nene saya ikut sakit karena banyak pikiran, mau tidak mau ibu saya harus ikut mengurus, tetapi itu semua tidak menjadikan ibu saya untuk berhenti berjualan walaupun sedang keadaan seperti itu ibu saya tetap berjualan. Alhamdulillah pada saat sudah kembali sembuh ibu saya kembali pulang. Dan alhamdulillahnya lagi ibu saya dan aya sayah pergi untuk berangkat haji, karena itu udah amanat dari kake saya ibu saya memberanikan diri untuk daftar walaupun keadaan ekonomi sedang tidak stabil. Pada saat berada di tanah suci keluarga saya di tanah air mengalami kecelakaan, yaitu kaka saya kecelakaan, keluarga yang ada di sinipun tidak berani untuk bilang kepada orangtua saya karena takut mengganggu, awalnyapun kaka saya tidak pulang dan memilih untuk pergi pergian tetapi keluarga disini sangat cemas dan menyuruhnya pulang. Keluarga disinipun memberi tahu kepada orangtua saya pada saat pulang. Sesudah kembali orangtua saya dari tanah suci, ibu saya sudah menanyakan bahkan sudah mencurigai hal aneh dan menanyakan ada kejadian apa. Akhirnya keluarga pun membicarakannya baik baik, hebatnya orangtua saya tidak marah kepada kaka saya, malahan sangat bersyukur masih bisa melihan kaka saya dengan keadaan sehat. Ibu sayapun dengan semangat membantu ayah saya untuk mencari uang untuk mengganti mobil yang sudah rusak.
Ibu sayapun pernah di sebut pelit sama adenya sampe sampe nangis kepikiran, padahal ibu sayapun punya kebetuhan sendiri punya alesan sendiri, tetapi adenya bicara seperti itu sampe betak betak. Itu pada saat semua keadaan keluarga sanga sangat turun drastis. Tetapi ibu saya tidak menjadi dendam ataupun kesal, karena melihat keadaan keluarga sesudah nene saya meninggal menjadi jarang banget kumpul sekalipun lebaran jarang banget. Setelah di musyawarahkan dengan semua keluarga akhirnya keluarga ibu saya menjadi seperti dulu kembali terkadang walaupun ada yang seperti itu kembali, tetapi namanya juga keluarga adek kaka pasti ada saja yang berbeda. Sampe sekarang ibu saya sangat sangat berjuang menjadi ibu rumah tangga yang baik dan pentingnyapun perempuan mencari uang.,Hebat ibu saya, karena itu saya ingin sekali hebat sekali seperti ibu saya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun