Mohon tunggu...
Antonia Mathilda
Antonia Mathilda Mohon Tunggu... -

a working mom who concern about family, health, education, politic and humanity

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Bahagianya Menjadi Seorang Ahok

2 Januari 2017   13:20 Diperbarui: 2 Januari 2017   18:43 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini saya membaca artikel Mas Anjar Setio Mukti yang berjudul"Susahnya Menjadi Seorang Ahok". Yang belum baca artikelnya, silahkan mampir di www.kompasiana.com, Artikel yang menarik (saya iklanin yah.. hehe). Sayapun tergerak untuk menulis artikel ini, sengaja saya pilih judul seperti di atas karena saya melihat, walaupun menjadi seorang Ahok itu susah tapi ada banyak sisi bahagianya menjadi seorang Ahok. Oya.. walau Judulnya tampak bertentangan dengan artikel Mas Anjar, tapi saya nggak kontra kok dengan Mas Anjar, baca artikel saya  sampai habis dulu ya. 

Tentu  saja ini apa yang saya tulis di sini berdasarkan kacamata saya, dan sangat mungkin ada unsur subyektifitas-nya. Tulisan ini juga relevan untuk saat tulisan ini ditulis, belum dapat dipastikan dapat relevan juga untuk masa yang akan datang, karena Pak Ahok ini jelas individu yang berkembang dan sangat mungkin berubah. Berikut saya coba memaparkan apa saja hal-hal yang mendukung pernyataan saya di Judul artikel saya kali ini:

1. Bahagianya menjadi seorang Ahok. Di saat tidak sedikit orang yang masih meragukan ke-Maha-an Tuhan, Ahok sudah sadar dan yakin akan kehebatan Tuhan. Kalau kita ingat dulu ada film "KiamatSudah Dekat" tentang pencarian dan penguasaan ilmu ikhlas, nah..Pak Ahok ini walaupun mungkin tidak tahu teori ilmu Ikhlas, dalam setiap sepak terjangnya dia sudah menerapkan praktek ilmu ikhlas ini,dia sadar betul penyertaaan Tuhan dalam setiap langkah hidupnya, bahkan matipun dia tidak takut, dia ikhlas jika Tuhan sudah menentukan demikian (terlepas apapun agamanya)

2. Bahagianya menjadi seorang Ahok. Ahok memiliki Ayah yang benar-benar bisa dijadikan panutan, ayahnya mengajarkan nilai-nilai ke-Tuhanan bukan hanya sekedar nilai-nilai keagamaan. Kim Nam adalah nama Panggilan ayah Pak Ahok, nama lengkapnya adalah Indera Tjahaja Purnama, pembela masyarakat miskin, bahkan mau berhutang pada orang lain, untuk memberi uang pada orang susah. Ahok dibesarkan dengan keras, dididik agar bisa kemudian berguna bagi masyarakat belitung, tidak boleh sombong, inilah yang diajarkan Kim Nam. Ahok diwajibkan untuk selalu bersalaman dengan yang tua. Meski mereka kondisinya lebih berada dibanding yang lain, Ahok harus bisa bergaul dengan teman-temannya (Read more: MembukaSiapa Sebenarnya Basuki Tjahaja Purnama / Ahok | Mike Portal ). Di salah satu sesi wawancara, saya juga pernah mendengar Pak Ahok mengatakan ada 3 pesan ayahnya yang dia pegang betul yaitu: Jaga nama baik, jangan mau tergantung pada orang lain dan berbagilah. Wow..beruntungnya Ahok memiliki Ayah seperti ini, bekal dia untuk hidup benar itu sudah disiapkan oleh ayahnya. Ahok tidak kesulitan mencari sosok panutan yang benar, tidak seperti orang lain yang kurang beruntung karena ayahnya tidak patut dijadikan teladan hidup benar. 

3. Bahagianya menjadi seorang Ahok. Ahok memiliki ibu yang terus mendoakan dan mendukung ahok tetap maju untuk menjadi berkat untuk banyak orang walaupun hal itu bisa membahayakan jiwanya. Banyak ibu yang tidak rela anaknya yang disayangnya menderita demi kepentingan orang banyak, ini sungguh memerlukan kebesaran hati. 

4. Bahagianya menjadi seorang Ahok. Ahok dari kecil sudah termasuk dalam keluarga yang berada, paling tidak dia tidak pernah kesulitan makan makanan yang bergizi. 

5. Bahagianya menjadi seorang Ahok. Ahok memiliki Istri yang seimbang dengannya, cantik, sederhana, peduli dan pintar.Anak-anaknya juga cakep-cakep dan cantik. (hehe)

6. Bahagianya menjadi seorang Ahok. Ahok dianugerahi otak yang cerdas, pola pikir yang sistematis dan runtut. Nah.. ini banyak nih yang tidak seberuntung beliau dalam hal ini, baik itu tokoh masyarakat, lawan politik apalagi kalau baca komen-komen di medsos (hadweeh...cape deh). 

7. Bahagianya menjadi seorang Ahok. Ahok mau menerima masukan,tidak semua orang lho bersedia dikritik dan menerima masukan, lebih banyak orang yang menganggap diri sudah hebat, anti kritik, paling suci, paling benar sendiri (padahal tidak berbuat apa-apa). Soal kesantunan berbahasa misalnya, latar belakang budaya dan lingkungan yang berbeda membentuk kemampuan berbicara Ahok yang lugas tanpa tedeng aling-aling, kadang dianggap kurang santun oleh beberapa pihak. Dari awal kemunculan Ahok sampai sekarang, soal kesantunan Ahok ini sudah jauh lebih baik (walaupun saya pribadi tidak pernah keberatan dengan gaya Ahok yang dianggap tidak santun, saya anggap masih wajar), paling tidak dia mencoba memperbaiki diri untuk hal ini.

8. Bahagianya menjadi seorang Ahok. Ahok punya banyak pendukung"Teman Ahok" yang bersedia mendukung bahkan rela mengeluarkan tenaga, waktu dan bahkan uang untuk mendukung Ahok. Kereeen yo, biasanya pejabat yang mengeluarkan uang untukpendukungnya, ini malah pada rela mengeluarkan uang untuk pejabat.

9. Bahagianya menjadi seorang Ahok. Ahok punya banyak "haters". Lho? iya bener. Ahok sendiri pernah bilang bahwa dengan adanya haters, dia seperti punya tim audit gratis. (Em.. bener juga sih, tapi menurut saya: kalau haters-nya masuk akal sih perlu dipertimbangkan, tapi kalau haters-nya nggak bermutu mah, cuekin aja, pak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun