Hai, aku akan sharing tentang KKN ku.Â
Aku adalah seorang mahasiswa yang kuliah di Kota Reog.Â
Bulan juni lalu, aku mengikuti kegiatan KKN yang diadakan oleh kampus. KKN dilakukan selama 40 hari. Lumayan menguras waktu, tenaga, fikiran dan duit.Â
Aku KKN di daerah pegunungan, pegunungan sawoo namanya. Entah kenapa disebut pegunungan sawoo.Â
Lokasinya cukup enak, berasa hidup di gunung dan jalan yang dilalui tentu berkelok-kelok. Selain itu pemandangannya full pegunungan dan hawanya cukup dingin jika malam hari dan terasa segar jika pagi hari.Â
Akan tetapi, namanya lokasi KKN tentu ada plus dan minusnya. Apa aja sih plus dan minusnya? nih aku kasih tau.Â
Kekurangan air
Kukira aku KKN di daerah pegunungan banyak air, ternyata tidak. Apalagi ketika itu musim kemarau, sehingga air sumur menjadi sedikit. Air sumur sedikit, sanyo mudah panas, air yang keluar di kran sedikit demi dikit, harus menimba air menggunakan katrol mantab banget sih.Â
Alhasil, aku dan teman-teman hanya mandi sehari sekali. Itu pun terkadang mandi di pom bensin, masjid bahkan tetangga di sekitar posko.Â
Terkadang untuk buang air kecil saja harus di tahan dan sudah tidak berani menimba air di sumur.Â
Daya listrik rendahÂ
Dikarenakan yang menghuni posko 21 orang dan rata-rata ngecas handphone di waktu yang sama serta magic com yang full nyala 24 jam membuat listrik sering jeglek.Â
Sehingga ketika malam, ada beberapa lampu yang memang sengaja di matikan dan memasak nasi ketika anak-anak sudah tidur.Â
Tanah suburÂ
Namanya juga hidup di pegunungan ya ges ya, tak heran jika tanah memang subur. Sehingga banyak banget di sekitar posko tanaman jagung, cabai, kunir, singkong.Â
Berasa liburanÂ
Nah ini enaknya KKN di desa. Berasa liburan kayak di rumah nenek di desa. Kanan kiri full sawah, banyak kabut ketika malam dan pagi hari, jalan yang berliku layaknya pantai dan juga suara-suara hewan ternak yang berbunyi ketika malam hari.Â
Liburan bersama-sama nih kalau KKN. Oh iya, kalian bisa loh mengunjungi tempat wisata di dekat posko kalian. Itung-itung melihat potensi desa lah untuk dikembangkan sebagai program kerja.Â